Riwayat
hidup
Nama kepanjangannya adalah Ahmad ibn Muhammad ibn
Ja’qub ibn Miskawaih, panggilannya Abu Ali al – Khazin. Mengenai
kelahirannya tidak diketahui dengan pasti, ada yang berpendapat tahun 320 H /
932 M, namun ada yang mengatakan tahun 330 H / 941 M di Ray (sekarang Teheran).
Ia mempelajari sejarah yaitu Tarikh al – Thabari dari Abu bakar Ahmad ibn
Khamil al-Qadhi pada tahun 350 H / 960 M, kemudian belajar filsafat dengan
berguru kepada Ibn al-Khamar; kimia dari Abu al Thayyib al-Razi.
Ibnu Miskawaih hidup bersama
Abu Fadhl ibn al-Amid (seorang ahli pustaka) pada tahun 360 H / 970 M, sesudah
pustakawan itu meninggal, lalu ia mengabdi pada putranya yang bernama Abu
al-fath Kifayatain dan akhirnya Ibnu Miskawaih mengabdi kepada Adhuh al-Daulah
dari Bani Buwaih yang masih keturunan bangsawan kerajaan Persi. (Widyastini,
2004: 52).
ibn Miskawaih dikenal sebagai sejarawan
besar yang kemasyhurannya melebihi pendahulunya, At Thabari. Ia juga dikenal
sebagai dokter, penyair dan ahli bahasa. Keahlian Ibn Miskawaih dalam berbagai
bidang ilmu tersebut antara lain dibuktikan dengan karya tulisnya berupa buku
dan artikel. Jumlah buku dan artikel yang berhasil ditulis oleh Ibn Miskawaih
ada 41 buah.
Dari uraian tersebut diatas segera
dapat diketahui bahwa ibn miskawaih merupakan seorang intelektual muslim
pertama di bidang filsafat akhlak. Keahliannya dalam bidan akhlak tersebu dapat
dilihat lebih lanjut dalam konsep pendidikan yang dirumuskan sebagaimana akan
diuraiakan dibawah ini.
b. konsep pendidikan ibn miskawaih.
1.
Konsep pendidikan.
Bertolak dari dasar pemikiran
tersebut. Ibn miskawaih membangun konsep pendidikan yang bertumpu pada
pendidikan akhlak disini terlihat dengan jelas bahwa karena dasar pemikiran ibn
miskawaih dalam bidang akhlak. Maka konsep pendidikan yang dibangunnya pun adalah
pendidikan akhlak. Konsep pendidikan akhlak dari ibn miskawaih ini selengkapnya
dapat dikemukakan sebagai berikut.
1.1. Tujuan
pendidikan akhlak
Tujuan pendidikan akhlak yang dirumskan ibn miskawaih adalah
terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan
semua perbutan yang bernilai baik. Sehingga mencapai kesempurnaan dan
memperoleh kebahagiaan sejati dan sempurna. Dengan alsanini maka hamda abd
al-hamid. As-syair dan muhamad yusuf musa menggolongkan ibn miskawaih sebagai filosof
yang bermazhab as-sa’adat di bidang akhlak, al-sa’adat memang merupakan
persoalan utama dan mendasar bagi hidup manusia dan sekaligus bagi
pendidikanakhlak. Makna al –sa’adat sebagaimana dinyatakan m. Abdul hak ansari
tidak mungkin dapat dicari padanan katnahy dalambahasa inggris walaupun secara
umum diartikan sebagai bappines. Menurutnya as-sa’adat merupakan konsep
komprenhensif yang didalamnya terkandung unsr kebahagiaan ( happines).
Kemakmuran (prosperty), keberhasilan (succes), kesempurnaan (perfection),
kesenangan ( blessedness), dan kecantikan ( beatitude)
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka tujuan pendidikan yang
ingin dicapai ibn miskawaih bersifat menyeluruh, yakni mencakup kebahagiaan
hidup manusia dalam arti yang seluas-luasnya.
1.2.Materi
pendidikan akhlak
Untuk mencapai
tujuan yangtelah dirumuskan, ibn
miskawaih menyebutkan beberapa hal yang perlu dipelajari. Diajarkan. Atau
dipraktekkan. Sesuai dengan konsepnya tentang manusia. Secara umum ibn
miskawaih menghendaki agar semua sis kemanusiaan mendapatkan materi didikan ang
memgberi jalan bagi tercapainya tujaun pendidikan. Mater-materi dimaksud oleh
ibn miskawaih di abdikan pula sebagai bentuk pengabdian kepada allah swt.
Sejalan dengan uraian tersebut
diatas. Ibn miskawaih menyebutkan tiga hal pokok yang dapat dipahami sebagai
materi pendidikan akhlaknya. Tiga hal pokok tersebut adalah
a.
Hal-hal yang wajib bagi kebutuhan
tubuh manusia.
b.
Hal-hal yang wajib bagi jiwa, dan
c.
Hal-hal yang wajib bagi hubungan
dengan sesama manusia
Ketiga pokok materi
tersebut menurut ibn miskawaih dapat diperoleh dari ilmu-ilmu yang secara garis
besar depat dikelompokan menjadi du.
Prtam ilmu-ilmu yang berkaiatn dengan pemikiran yang selanjutany disebut al
–ulum al fikriyah dan kedua ilmu-ilmu yang berkaitan denga indera yang
selanjutnya desebtu al-ulum al bisshyatl berbeda dengan al-ghazali. Ibn
miskawaih antara lain shalat. Puasa dan sa’i. Ibn miskawaih tidak memberi
penjelasan lebih lanjut terhadap contoh yang diajukan ini.
Hal ini
barangkali didasarkan pada perkiraanya bahwa tanpa uraian secara terperinci pun
orang sudah menangkap maksudnya. Gerakan – gerakan shalat secara teratur yang
paling sedikit dilakukan lima kali sehari seperti mengangkat tangan, berdir ,
ruku, dan sujud memang memiliki unsur olah tubuh.shalat sebagai jenis oleh tbuh
akan dpaat lebih dirasakan dan disadari sebagai olah tubuh (gerak badan )
bilamana dlaam berdiri, rukun dan sujud dilakukan dalam tempo yang agak lama.
Selanjutnya materi pendidikan akhlak
yang wajib dipelajari bagi keperluan jiwa. Dicontohkan oleh ibn miskawaih
dengan pembahasan tentang akidah yang benar. Mengesakan allah dengan segalah
kebesaranya, serta motivasi untuk senang kepada ilmu. Adapun materi yang
terkait dengan keperluan manusia terhadap manusia lain. Dicontohkan dengan
materi dalam ilmu muamalat, pertanian, perkawinan, saling menasihati,
peperangan dan lain-lain.
Selanjutnya karena materi-materi
tersebut selalu dikaitakan dengan pengabdian kepada tuhan, maka apa pun materi
yang terdapat dalam suatu ilmu yang ada, asal semuanya tidak lepas dari tujuan
pengabdian kepada tuhan. ibn miskawaih tampak akan menyetujuinya. Ia menyebut
misalnya ilmu nahwu (tata bahasa). Dalam rangka pendidikan ahklak, ibn
miskawaih sangat mementingkan materi yang ada dalam ilmu ini, karena materi
yang ada dalam ilmu ini akan membantu manusia untuk lurus dalam berbicara.
Demikian pula materi yang ada dalam ilmu manthiq (logika) akan membantu manusia
untuk lurus dalam berpikir. Adapun materi yang terdapat dalam ilmu pasti
seperti ilmu hitung ( al-hisab), dan geometri ( albandasat) akan membantu
manusia untuk terbiasa berkata benar dan benci kepalsuan. Sementara itu sejarah
dan sasatra akan membantu manusia untuk berlaku sopan. Materi yang ada dalam
syari’at sangat ditekankan oleh ibn miskawaih. Menutnya, dengan mendalami
syari’at, manusia akan teguh pendirian, terbiasa berbuat yang diridlai tuhan.
Dan jiwa siap menerima hikmat hingga mencapai kebahagiaan (as-sa’dat).
Dari uraian tersebut diatas terkesan
bahwa tujuan pendidikan akhlak yang dirumuskan ibn miskaawaih memang terlihat
mengarah kekpada terciptanya manusia agar menjadi filosof. Karena itu ia
memberi jalan agar seseorang memahami materi yang terdapat dalam beberapa ilmu
tertentu. Dalam hubungan ini ibn miskawaih dalam beberapa ilmu tertentu. Dalam
hubngan ini ibn miskawaih memberikan uraian tentang sejumlah ilmu yang
dipelajari agar seseoarang menjadi filosof. Karena itu, ia memberi jalan agar
sesorang memhami materi yang terdapt dalam beberapa ilmu tertentu, dalam
hubungan ini ibn miskawaih memberikan uraian tentang sejumlah ilmu yang
dipelajari agar seseorang menjadi filosof. Ilmu tersebut adalh
a.
Matematika
b.
Logika
c.
Ilmu kealaman
Menurutnya
seseorang baru dapat dikatakan filosof apabila sebelumnya telah mencapai
predikat muhandis, munajjim, thabib, manthiqi, atau nahwi, dll.
Selain materi
yang terdapat dalam ilmu-ilmu tersebut. Ibn miskawaih juga menganjurkan
seseorang agar mempeljari buku-buku yang khusus berbicara tentang akhlak agar
dengan itu manusia akan mendapat motivasi yang kuat untuk beradab.
Pendapat ibn
miskawaih diatas lebih jauh mempunyai maksud agar setiap guru/pendidik, apa pun
materi bidang ilmu yang diasuhnya harus diarahkan untuk terciptanya akhlak yang
mulia bagi diri sendiri dan murid-muridnya. Para guru/pendidik dipandang oleh
ibn miskawaih mempunyai kesempatan baik utnuk memberi nilai lebih pada setiap
bidang ilmu bagi pembentukan pribadi mulia.
Sebagaimana
telah diuraikan sebelumnya, bahwa ibn miskawaih memberi makna kejasmanian
terhadap sesuatu yang sudah pasti bernilai kerohanian. Untuk perintah shalat
dan puasa misalnya, dikaitkan dengan kesehatan tubuh, kegiatan ritual lainnya
seperti haji,sholat jum’at dan shalat berjama’ah. Ia terjemahkan sebagai upaya
utuk membantu manusia mengembangkan cinta kepada sesama dan rasa persahabatan
yang fitrawi agar manusia tidak saling berselisih. Hal ini sangat berbeda
dengan pendapat al-ghazali tentang manfaat shalat yang dinilai semata-matantuk
keuntungan jiwa individual.
Apabila
dianalisa secara seksama terlihat terlihat. Bahwa berbagai ilmu yang diajarkan
dalam kegiatan pendidikan seharusnya tidak diajarkan semat-mata karena ilmu itu
sendiri, atau tujuan akademik semata-mata, tetapi karena tjuan lain yang lebih
substansial. Pokok dan hakiki, yaitu akhlak yang mulia. Dengan kata lain setipa
ilmu membawa misi akhlak yang mlia, dan bkah semat-mata ilmu dengan cara
demikian. Semakin banyak dan tinggi ilmu seseorang maka akan semakin tinggi
pula akhlaknya.
Namun melihat
sisi akhlak yang terdapat dalam setiap ilmu yang diajarkan diperlukan adanya
kemampuan metodologi dan pendekatan dalam penyampaian setiap ilmu. Seseorang
yangmengajarkan ilmu matematika atau fisika misalnya, selain dapat menggunkan
pendekatan keilmuan, juga dapat menggunakan pendekatan secara integrated. Yaitu
dengan melihat ilmu tersebut dengan cara demikian seseorang yang mempelajrai
ilmu tersebut selain memiliki keahlian dlaam matematika dan fisika utnuk ke
perluan hitungan bagi kepentingan pembangunan misalnya juga dapat memiliki
akhlak yang mulia.
Referensi
http://ahmadsidqi.wordpress.com/2011/04/25/hakikat-manusia-menurut-ibnu-miskawaih/
http://www.wartaislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1585:ibnu-miskawaih-mendorong-pendidikan-sejak-dini-&catid=28:khazanah&Itemid=410
http://id.shvoong.com/humanities/history/2248653-tokoh-pendidikan-islam-riwayat-hidup/
http://www.perkuliahan.com/pemikiran-ibnu-miskawaih-tentang-pendidikan-pada-anak/
0 komentar:
Posting Komentar