(Telaah Pemikiran Muhammad 'Athiyah al-Abrasyi)
Telah diketahui bahwa pada jaman kejayaan Islam negara Mesir dikenal sebagai salah satu pusat ilmu pengetahuan di samping Baghdad, Damascus, Cordova dan lain-lain. Tetapi kemudian ketika dunia Islam mengalami kemunduran, Mesirpun turut merasakannya lebih-lebih setelah negeri ini berturut-turut dijajah Perancis dan Inggris. Akibatnya Mesir juga mengalami kemunduran di bidang pemikiran pada umumnya dan dunia pendidikan pada khususnya.
Kondisi pahit inilah yang melatarbelakangi Muhammad `Athiyah al-Abrasyi mencoba menggali kembali nilai-nilai dan unsur pembaharuan yang terpendam dalam khzanah perkembangan pendidikan Islam pada masa kejayaannya, dan ditelusurinya pula ruh dan semangat pendidikan modern. Ia mencoba mencari titik persamaan dasar-dasar pendidikan Islam dan pendidikan modern serta ciri khas pendidikan Islam. Oleh karena itu, makalah ini membahas tentang latar belakang pemikiran pendidikan Islam menurut Muhammad 'Athiyah al-Abrasyi.
Biografi dan Latar Belakang
Muhammad `Athiyah al-Abrasyi adalah seorang tokoh pendidikan yang hidup pada masa pemerintahan Abd. al-Nasser yang memerintah Mesir pada tahun 1954 -1970 M. Ia adalah seorang sarjana yang lama berkecimpung dalam dunia pendidikan di Mesir yang merupakan pusat ilmu pengetahuan Islam, sekaligus sebagai guru besar pada Darul Ulum Cairo University, Cairo. Sebagai guru besar ia secara sistematis telah menguraikan pendidikan Islam dari jaman ke jaman serta mengadakan komparasi di bidang pendidikan mengenai prinsip, metode, kurikulum dan sistem pendidikan modern.
Sesuai dengan keahliannya ia telah menjelaskan tentang posisi Islam mengenai ilmu, pendidikan dan pengajaran berdasarkan al-Qur`an dan al-Hadis, serta menjelaskan pula tentang fungsi masjid, institut, lembaga-lembaga, perpustakaan, seminar dan gedung-gedung pertemuan dalam dunia pendidikan Islam dari jaman keemasannya sampai pada kita sekarang ini.
a. prinsip-prinsip pemikiran pendidikan Islam yang dapat dijadikan pedoman bagi lembaga-lembaga pendidikan yakni:
- Mengajarkan berpikir bebas dan mandiri dalam belajar.
- Mandiri dan demokratis dalam mengajar.
- Sistem belajar individual.
- Memperhatikan perbedaan bakat dan kemampuan anak didik dalam proses belajar mengajar.
- Memperhatikan potensi dasar dari setiap anak didik
- Ujian atau tes kecakapan anak didik.
- Berbicara (menyampaikan dan menjelaskan pelajaran) sesuai dengan kadar kemampuan daya tangkap akal pikiran anak didik.
1. Beberapa Pemikiran tentang Aspek-aspek Pendidikan Islam dalam Perspektif Muhammad `Athiyah al-Abrasyi.
Pendapat M. `Athiyah al-Abrasyi tentang pendidikan Islam banyak dipengaruhi oleh dan dari rangkuman, saduran, pemahaman, dan pemikiran serta pendidik muslim sebelumnya, yang ditelusurinya dengan baik terutama pemahaman secara filosois.
Ia cenderung menjadikan Ibnu Sina, Imam al-Ghazali dan Ibnu Khaldun sebagai nara sumber. Menurutnya pendidikan Islam memang mengutamakan pendidikan akhlak yang merupakan ruhnya, tetapi tidak mengabaikan masalah mempersiapkan seseorang untuk hidup, mencari rizki dan tidak pula melupakan pendidikan jasmani, akal, hati, kemauan, cita-cita, ketrampilan tangan, lidah dan kepribadian.
a. Tujuan pendidikan Islam
Al-Abrasyi menyimpulkan 5 (lima) azas yang menjadi sasaran dan tujuan pendidikan Islam:
Dengan demikian maka jelas bahwa tujuan pendidikan menurut M. `Athiyah al-Abrasyi adalah mempersiapkan manusia yang berkepribadian paripurna secara utuh, jasmaniah-ruhaniah, serta memiliki persiapan yang lengkap menghadapi hidup dan kehidupan. Dengan tegas ia menggarisbawahi tujuan pendidikan secara umum dengan catatan bahwa pendidkan Islam bertujuan lebih jauh dan lebih mendasar yaitu; memperbaiki akhlak, mensucikan rohani, mencapai fadhilah, mencapai akhlak yang mulia, ikhlas, dengan tidak mengabaikan aspek yang lain.
b. Lingkungan
Sebagaimana diketahui bahwa keluarga, sekolah dan ligkungan besar pengaruhnya terhadap pembinaan dan pembentukan akhlak, tingkah laku dan kepribadian seseorang. Apabila anak didik menikmati suasana yang baik di rumah, mendapat bimbingan yang benar di sekolah, dan didukung oleh terlaksananya nilai-nilai pendidikan dalam masyarakat maka menurut al-Abrasyi akan menelurkan anak didik yang baik. Sebaliknya, dia menegaskan keadaan anak yang tidak harmonis dalam keluarga, tidak berlangsung pendidikan yang baik di sekolah dan lebih-lebih lagi diperburuk pula oleh suasana lingkungan yang merusak nilai-nilai pendidikan maka akan membuahkan anak didik yang tidak baik. Selanjutnya dia menyatakan bahwa di dalam lingkungan yang bebas dan terbuka kesempatan mengeluarkan pendapat dan pikiran dibandingkan dengan lingkungan yang terbelenggu, tertutup dan terkekang kebebasan mengeluarkan pendapat dan pikiran bagi warga masyarakatnya akan berbeda dengan perbedaan yang besar dan mencolok terhadap dunia pendidikan.
c. Azas-azas Pokok Tujuan Pendidikan Islam al-Abrasyi
Lima azas pokok tujuan pendidkan Islam menurut al-Abrasyi, sebagaimana telah dipaparkan di atas, mengandung aspek pembinaan mental, aspek spiritual, aspek keseimbangan antara hidup di dunia dan akhirat, aspek manfaat, aspek ilmiah, serta aspek ketrampilan. Dengan kata lain tidak sempit dan tidak terbatas pada aspek akhirat saja.
Para pemikir dan pendidik muslim merumuskan tujuan pendidikan Islam dengan redaksi yang berbeda akan tetapi secara substansial saling menguatkan dan melengkapi. Ibnu Khaldun merinci tujuan dan sasaran pendidikan Islam itu adalah untuk memperkuat potensi iman, mempertinggi akhlak, memberi persiapan hidup bermasyarakaat, menumbuhkan jiwa sosial, memberi perbekalan hidup, mempertajam akal, mengembangkan ketrampilan dan memupuk rasa. Sedangkan Muhammad Quthb menyederhanakan tujuan pendidikan Islam sebagai upaya untuk membentuk dan membina manusia sejati sebagaimana di gambarkan oleh al-Qur’an.
Sejalan dengan pendapat di atas, Zakiah Daradjat menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam ialah membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang saleh, teguh imannya, taat beribadah, berakhlak terpuji. Bahkan seluruh gerak dalam hidup setiap muslim, mulai dari perkataan, perbuatan dan tindakan apapun yang dilakukannya dengan niat mencapai ridha Allah, memenuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya adalah ibadah. Maka untuk melaksanakan semua tugas kehidupan itu, baik bersifat pribadi maupun sosial, perlu dipelajari dan dituntun dengan iman dan akhlak terpuji. Dengan demikian identitas muslim akan tampak dalam semua aspek kehidupannya.
Pendapat tersebut sejalan dan dikuatkan oleh hasil konverensi internasional di Mekah pada 1977 yang dihadiri 300 sarjana muslim, dengan memberikan rekomendasi bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membentuk pribadi muslim sejati, mewujudkan manusia yang baik, berbudi luhur, dan mau menyembah Allah dalam pengertian yang benar.
Di sini peranan pendidikan Islam sangat besar dalam membangun struktur kehidupan duniawi sebagai jembatan untuk mengamalkan syari’at Islam demi terpeliharanya iman, serta untuk mencapai kebahagiaan kehidupan akhirat. Bukankah tujuan pertama dan utama Tuhan menciptakan manusia supaya menyembah dan mengabdi kepada-Nya saja. Sampai manusia berikrar bahwa shalatnya, ibadahnya, hidup dan matinya hanya untuk Allah semata.
KESIMPULAN
Muhammad `Athiyah al-Abrasyi adalah seorang cendekiawan, tokoh pendidikan, ulama dan seorang guru besar yang hidup pada abad XX di Mesir. Pemikirannya tentang pendidikan Islam banyak dipengaruhi oleh pemikiran Ibnu Sina, Imam al-Ghazali dan Ibnu Khaldun.
Menurutnya pendidikan Islam memang mengutamakan pendidikan akhlak yang merupakan ruhnya, tetapi tidak mengabaikan masalah mempersiapkan seseorang untuk hidup, mencari rizki dan tidak pula melupakan pendidikan jasmani, akal, hati, kemauan, cita-cita, ketrampilan tangan, lidah dan kepribadian.
DAFTAR PUSTAKA
Pendapat M. `Athiyah al-Abrasyi tentang pendidikan Islam banyak dipengaruhi oleh dan dari rangkuman, saduran, pemahaman, dan pemikiran serta pendidik muslim sebelumnya, yang ditelusurinya dengan baik terutama pemahaman secara filosois.
Ia cenderung menjadikan Ibnu Sina, Imam al-Ghazali dan Ibnu Khaldun sebagai nara sumber. Menurutnya pendidikan Islam memang mengutamakan pendidikan akhlak yang merupakan ruhnya, tetapi tidak mengabaikan masalah mempersiapkan seseorang untuk hidup, mencari rizki dan tidak pula melupakan pendidikan jasmani, akal, hati, kemauan, cita-cita, ketrampilan tangan, lidah dan kepribadian.
a. Tujuan pendidikan Islam
Al-Abrasyi menyimpulkan 5 (lima) azas yang menjadi sasaran dan tujuan pendidikan Islam:
- Pendidikan Akhlak merupakan ruh pendidikan Islam.
- Pendidikan Islam memperhatikan kepentingan agama dan kepentingan dunia secara seimbang.
- Pendidikan Islam mengutamakan segi-segi manfaat.
- Pendidikan Islam mendidik peserta didik menuntut ilmu semata-mata untuk ilmu.
- Pendidikan Islam mementingkan pendidikan kejujuran, kesenian dan pertukangan untuk mempersiapkan peserta didik mencari rizki.
Dengan demikian maka jelas bahwa tujuan pendidikan menurut M. `Athiyah al-Abrasyi adalah mempersiapkan manusia yang berkepribadian paripurna secara utuh, jasmaniah-ruhaniah, serta memiliki persiapan yang lengkap menghadapi hidup dan kehidupan. Dengan tegas ia menggarisbawahi tujuan pendidikan secara umum dengan catatan bahwa pendidkan Islam bertujuan lebih jauh dan lebih mendasar yaitu; memperbaiki akhlak, mensucikan rohani, mencapai fadhilah, mencapai akhlak yang mulia, ikhlas, dengan tidak mengabaikan aspek yang lain.
b. Lingkungan
Sebagaimana diketahui bahwa keluarga, sekolah dan ligkungan besar pengaruhnya terhadap pembinaan dan pembentukan akhlak, tingkah laku dan kepribadian seseorang. Apabila anak didik menikmati suasana yang baik di rumah, mendapat bimbingan yang benar di sekolah, dan didukung oleh terlaksananya nilai-nilai pendidikan dalam masyarakat maka menurut al-Abrasyi akan menelurkan anak didik yang baik. Sebaliknya, dia menegaskan keadaan anak yang tidak harmonis dalam keluarga, tidak berlangsung pendidikan yang baik di sekolah dan lebih-lebih lagi diperburuk pula oleh suasana lingkungan yang merusak nilai-nilai pendidikan maka akan membuahkan anak didik yang tidak baik. Selanjutnya dia menyatakan bahwa di dalam lingkungan yang bebas dan terbuka kesempatan mengeluarkan pendapat dan pikiran dibandingkan dengan lingkungan yang terbelenggu, tertutup dan terkekang kebebasan mengeluarkan pendapat dan pikiran bagi warga masyarakatnya akan berbeda dengan perbedaan yang besar dan mencolok terhadap dunia pendidikan.
c. Azas-azas Pokok Tujuan Pendidikan Islam al-Abrasyi
Lima azas pokok tujuan pendidkan Islam menurut al-Abrasyi, sebagaimana telah dipaparkan di atas, mengandung aspek pembinaan mental, aspek spiritual, aspek keseimbangan antara hidup di dunia dan akhirat, aspek manfaat, aspek ilmiah, serta aspek ketrampilan. Dengan kata lain tidak sempit dan tidak terbatas pada aspek akhirat saja.
Para pemikir dan pendidik muslim merumuskan tujuan pendidikan Islam dengan redaksi yang berbeda akan tetapi secara substansial saling menguatkan dan melengkapi. Ibnu Khaldun merinci tujuan dan sasaran pendidikan Islam itu adalah untuk memperkuat potensi iman, mempertinggi akhlak, memberi persiapan hidup bermasyarakaat, menumbuhkan jiwa sosial, memberi perbekalan hidup, mempertajam akal, mengembangkan ketrampilan dan memupuk rasa. Sedangkan Muhammad Quthb menyederhanakan tujuan pendidikan Islam sebagai upaya untuk membentuk dan membina manusia sejati sebagaimana di gambarkan oleh al-Qur’an.
Sejalan dengan pendapat di atas, Zakiah Daradjat menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam ialah membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang saleh, teguh imannya, taat beribadah, berakhlak terpuji. Bahkan seluruh gerak dalam hidup setiap muslim, mulai dari perkataan, perbuatan dan tindakan apapun yang dilakukannya dengan niat mencapai ridha Allah, memenuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya adalah ibadah. Maka untuk melaksanakan semua tugas kehidupan itu, baik bersifat pribadi maupun sosial, perlu dipelajari dan dituntun dengan iman dan akhlak terpuji. Dengan demikian identitas muslim akan tampak dalam semua aspek kehidupannya.
Pendapat tersebut sejalan dan dikuatkan oleh hasil konverensi internasional di Mekah pada 1977 yang dihadiri 300 sarjana muslim, dengan memberikan rekomendasi bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membentuk pribadi muslim sejati, mewujudkan manusia yang baik, berbudi luhur, dan mau menyembah Allah dalam pengertian yang benar.
Di sini peranan pendidikan Islam sangat besar dalam membangun struktur kehidupan duniawi sebagai jembatan untuk mengamalkan syari’at Islam demi terpeliharanya iman, serta untuk mencapai kebahagiaan kehidupan akhirat. Bukankah tujuan pertama dan utama Tuhan menciptakan manusia supaya menyembah dan mengabdi kepada-Nya saja. Sampai manusia berikrar bahwa shalatnya, ibadahnya, hidup dan matinya hanya untuk Allah semata.
KESIMPULAN
Muhammad `Athiyah al-Abrasyi adalah seorang cendekiawan, tokoh pendidikan, ulama dan seorang guru besar yang hidup pada abad XX di Mesir. Pemikirannya tentang pendidikan Islam banyak dipengaruhi oleh pemikiran Ibnu Sina, Imam al-Ghazali dan Ibnu Khaldun.
Menurutnya pendidikan Islam memang mengutamakan pendidikan akhlak yang merupakan ruhnya, tetapi tidak mengabaikan masalah mempersiapkan seseorang untuk hidup, mencari rizki dan tidak pula melupakan pendidikan jasmani, akal, hati, kemauan, cita-cita, ketrampilan tangan, lidah dan kepribadian.
DAFTAR PUSTAKA
- Al-Abrasyi, M. `Athiyah. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. Terj. Bustami A. Gani dan Djohar Bahry . Jakarta: Bulan Bintang, 1970.
- -----------. Al-Tarbiyah fi al-Islam. Kairo: al-Majlisu al-A`la li al-Suuni al-Islamiyah, 1380 H/1961 M.
- ----------. Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam (Ruh al-Islam). Terj. Syamsuddin Asyrofi, dkk. Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996.
- Arifin, Mazzayin. Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat. Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah, 1988.
- Daradjat, Zakiah. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993.
- Khaldun, Ibnu. Muqaddimah. Mesir: Matbah Mustafa Muhammad, t.th.. Quthb, Muhammad. Minhaju al-Tarbiyah al-Islamiyah. Mesir: Dar al-Qalam, t.th.
- al-Nahlawi, Abdurrahman. (1992). Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga. di Sekolah dan Masyarakat. terj. M.Sainun. Semarang: Diponegoro.
3 komentar:
semoga hal positive dari beliau dapat kita contoh dan peraktekan dalam kehidupan sehari-hari terimakasih sudah mau berbagi ilmunya.
ilmu harus kita bagi bersama supaya sama - sama dapat pahala
mas boleh tanya g? judul bukunya apa? boleh tau g beli bukunya dimana cz q dah nyari tapi g ada....
Posting Komentar