Pendahuluan
Ada beberapa teori tentang asal-usul dari kata Tasawwuf, dan makna
dari kata tersebut dalam pandangan islam. Adapun definisi Tasawwuf sendiri,
banyak para ahli memberikan definisinya menurut hakikatnya. Menurut sejarah,
tasawwuf adalah ilmu yang mana dengannya diketahui tentang pembersihan jiwa,
perbaikan budi pekerti serta pembangunan lahir dan batin untuk memperoleh
kebahagiaan yang abadi.
Pembahasan
Arti kata Tasawwuf tidak dapat kita artikan dalam makna tertentu.
Akan tetapi, ada beberapa theory tentang asal dari kata tasawwuf. Antara lain
adalah sebagai berikut;
Ø Tasawwuf berasal dari kata shafw, artinya bersih atau shafaa.
Kemungkinan ini dikuatkan oleh karena tujuan hidup kaum sufi adalah
kebersihan lahir dan batin menuju maghfirah dan ridha Allah.
Ø Tasawwuf juga berasal dari kata shuffah, yaitu suatu kamar
di samping masjid Rasulullah dikota Madinatul munawwarah, yang mana kamar
tersebut disediakan selalu untuk para shahabat yang aktif dibidang ilmiah,
dimana makan dan minum mereka ditanggung oleh orang-orang yang mampu dalam kota
Madinah. Adapun para sahabat yang pernah tinggal disitu antara lain adalah: Abu
dardak, Abu zarr, Abu Hurairah.
Ø Tasawwuf berasal dari kata shaff, yaitu barisan dikala waktu
kita sembahyang. Oleh sebab itu orang-orang yang kuat imannya serta suci
batinnya, memilih shaff(barisan) yang paling depan dalam berjamaah.
Ø
Tasawwuf
berasal juga dari kata shaufanah, yaitu adalah sebangsa buah-buahan
kecil dan berbulu-bulu yang banyak sekali tumbuh dipadang pasir di tanah Arab,
dimana pakaian kaum shufi itu berbulu-bulu seperti buah tersebut, yang
menunjukan dalam kesederhanaan mereka.
Dari istilah-istilah diatas, hingga saat ini belumlah dapat
menggoyahkan pendapat yang ada. Banyak para ahli memberikan definisi tasawwuf,
ada lima rangkai dari definisi tasawwuf yaitu;
1.
Seorang
shufi ialah orang yang telah bersi hatinya, semata-mata hanya untuk
Allah swt. (Basy bin Al-Harist al-haafi).
2.
Shufi
ialah orang yang telah memilih
al-haqq “Allah” semata-mata untuk
dirinya. (Bandar bin al-husain).
3.
Tasawwuf
ialah mengambil hakikat dan putus asa dari apa yang ada dalam tangansesama
makhluk.(Ma’ruf al-karokhi).
4.
Tasawwuf
ialah masuk kedalam budi menurut contoh yang ditinggalkan Nabi dan keluar dari
budi yang rendah.(Abu Muhammad al-jurairai).
5.
Tasawwuf
ialah membersihkan jiwa dari pengaruh benda dan alam, supaya ia mudah menuju
kepada Tuhan.(Dr.Haji Abdul Malik Karim Amrullah).
Dengan demikian teranglah kepada kita, bahwa tasawwuf itu adalah
agama, dan kemudian barulah merupakan ilmu tersendiri. Terma tasawwuf sendiri
barulah ada pada tahun 150 H, dimana secara selektif orang menyelidiki, bahwa
yang pertama-tama sekali digelari orang dengan shufi ialah Abu hasyim shufi
al-kuufi, meninggal dunia pada tahun 150 H=761 masehi. Menurut sejarah juga,
orang yang pertama kali memakai kata sufi adalah orang zahid atau bernama abu
hasyim shufi al-kuufi di irak.
Adapun etimologi
kata sufi; - Ahlu al-suffah” orang yang ikut pindah dengan Nabi dari makkah ke
madinah, dan karena kehilangan harta, mereka tinggal di masjid Nabi dan tidur
diatas bangku batu, dia memakai pelana sebagai bantal. Meskipun miskin, akan
tetapi mempunyai hati yang baik dan mulia, tidak mementingkan keduniaan, miskin
dan berhati baik”.- shaf “pertama sebagaimana halnya dengan orang sembahyang di
shaf pertama yang mendapatkan kemuliaan, Seperti itulah perumpamaan orang sufi.
Hakikat tasawwuf
ialah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan
Tuhan, dengan mengasingkan diri dan berkotemplasi. Tasawwuf merupakan suatu
ilmu pengetahuan, dan sebagai ilmu pengetahuan. Tasawwuf atau sufisme
mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang muslim dapat berada sedekat
mungkin dengan Allah swt.
Kita hidup didunia
mempunyai tugas dan kewajiban yang terutama sekali adalah mengabdikan diri
kepada Allah SWT, yaitu mengikuti ajaran-ajaran Rasullah saw dalam segala segi
penghidupannya, adapun tugas yang lain dari pada manusia ialah memelihara diri
sendiri dan keturunan.
Didalam membentuk
cara hidup dan cara berfikir, tasawwuf sangatlah besar pengaruhnya bagi mereka
yang beragama, baikpun pengaruh itu berupa kebaikan ataupun keburukan. Pada
kebaikan, ialah menyebabkan orang menjadi ikhlas dalam beramal dan berjuang,
semata-mata karena Allah swt tidak karena maksud yang lain. Dan pada
keburukannya, ialah tiada kurangnya pula ekses-ekses yang buruk-buruk yang
timbul akibat tasawwuf, sebagaimana contoh: “ orang lalu benar-benar
menyingkirkan dirinya dari pergaulan masyarakat ramai dan secara mutlak
memandang bahwa dunia adalah semata-mata hanya merusakkan, padahal dunia adalah
tempat beramal, bekerja dan berjuang untuk kebahagiaan masyarakat ummat didunia
dan untuk kebahagiaan diri pribadi diakhirat nantinya.
Pada mulanya
tariqat itu belumlah ada, akan tetapi proses untuk memasuki lapangan tasawwuf
kemudian menimbulkan tariqat. Maka, dari itu semua menyebabkan tokoh-tokoh
tasawwuf mempunyai pengalaman dan pandangan sendiri-sendiri, meskipun tujuannya
adalah sama. Jika kita selidiki lagi secara selektif dari pada tasawwuf, maka
akan didapati antara lain adalah sebagai berikut:”Metapisika, Etika, Psikologi,
Aestetika”.
Ilmu orang yang
alim belumlah dapat menyamai tingginya derajat ma’rifat dari seorang yang arif
ma’rifat adalah Natijah, dimulai dengan syari’at, tariqat, haqiqat, kemudian
ma’rifat. Adapun arti tariqat adalah jalan atau system yang ditempuh menuju
ke-ridhaan Allah semata-mata, sedangkan ikhtiar menempuh jalan itu bernama
suluk, dan orangnya bernama salik. Jadi, tariqat adalah saluran dari tasawwuf.
Kembali kesejarah
perkembangan tasawwuf, menurut ibn Al-jauzi dan ibn khaldun secara garis besar
membagi kehidupan kerohanian dalam islam menjadi dua, yakni zuhud dan tasawwuf.
Hanya saja diakui bahwa keduanya merupakan istilah baru, karena keduanya belum
ada pada zaman Nabi Muhammad saw, dan tidak terdapat pada al-qur’an, kucuali
zuhud yang disebut sekali dalam surat Yusuf.
Sebutan atau
istilah tasawwuf tidak pernah dikenal pada masa Nabi maupun khalifah rasyidin,
karena pada masa itu para pengikut Nabi saw, diberi panggilan sahabat.
Panggilan ini adalah yang paling berharga pada saat itu. Kemudian pada masa
berikutnya, yaitu pada masa sahabat, orang-orang muslim yang tidak berjumpa
dengan beliau disebut tabi’in, dan seterusnya disebut tabi’it tabi’in.
Munculnya istilah
baru dimulai pada pertengahan abad III Hijriah, oleh Abu Hasyim al-kuufi (w 250
H). dengan meletakan al-sufi dibelakang namanya. Adapun pendekatan diri kepada
Tuhan, yang dilakukan segolongan umat muslim pada saat itu, mereka merasa belum
merasa puas dengan melalui ibadah sholat, puasa, dan haji. Akan tetapi, mereka
ingin merasa lebih dekat lagi dengan Tuhan, jalan untuk itu disebut tasawwuf.
Kesimpulan.
Benih-benih
tasawuf pada mulanya berasal dari
perilaku, akhlak Rasulullah saw dalam
hidup, ibadah, hingga kepribadian. Berawal sejak Nabi sebelum diangkat
menjadi Rasul, berhari-hari ia berenung di Gua Hira’ terutama di bulan suci
Ramadhan. Disana beliau memperbanyak dzikir dan bertafakkur untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT. keadaan yang sedemikianlah yang merupakan benih-benih
dari timbulnya para shufisme.
Akan tetapi pada zaman Nabi SAW sendiri belum ada nama, istilah,
maupun sebutan Tasawuf bagi kaum sufi. Dan adapun essensi tasawuf itu telah ada
sejak masa Rasulullah saw. Namun tasawuf sebagai ilmu keislaman adalah hasil
kebudayaan islam sebagaimana ilmu-ilmu keislaman lainnya, seperti fiqih dan
ilmu tauhid. Sedangkan sejarah perkembangan tasawuf telah dibagi menjadi
beberapa masa, dari masa pembentukan, pengembangan, konsolidasi, falsafi, dan
masa pemurnian.
Penutup
Tasawuf merupakan
salah satu bagian dari ajaran islam, yang secara keilmuan lahir di kemudian
hari melalui proses yang panjang dengan dinamikanya sendiri. Ada tiga ajaran
pokok tasawuf, yakni tentang Tuhan, manusia, dan dunia. Ketiga-tiganya
mempunyai hubungan sistemik. Yang mana Tuhan itu ruhani dan Maha suci, oleh
karena itu yang dapat mendekati dan mengenalNya ialah ruh manusia yang suci
dari hal-hal yang mengotorinya, yaitu dunia.
Referensi.
ü Abdul Qadir Isa, Hakekat Taswuf, Qishti Press, cetakan
pertama, Jakarta 2005.
ü Prof. Dr. HM. Amin Syukur, MA, Menggugat Tasawuf, Pustaka
Pelajar, cetakan pertama, Yogyakarta 1999.
ü Drs. K. Permadi, S.H, Pengantar Ilmu Tasawuf, Rineka Cipta,
cetakan kedua, 2004.
ü Al-Jurjani, at-Taurifat, Mizan, Bandung, 2002.
0 komentar:
Posting Komentar