Secara etimologis pengertian
sejarah dapat ditelusuri dari asal kata sejarah yang sering dikatakan berasal
dari kata asal "syajarah", artinya "pohon kehidupan".
Dalam bahasa Inggris disebut history, sebuah kata yang lebih populer
untuk menyebut sejarah sebagai ilmu pengetahuan.
Paling sedikit sejarah
mengacu pada dua konsep:
1.
Sejarah yang tersusun dari
serangkaian peristiwa masa lampau (memberikan pemahaman akan arti objektif
tentang masa lampau)
2.
Sejarah sebagai suatu cara yang
dengan fakta-fakta diseleksi, diubah-ubah, dijabarkan dan dianalisis
dianalisis.[1] Hal ini
bersifat subyektif karena dalam proses pengkisahan terdapat kesan dari
sejarawan.
Karakteristik sejarah dengan
kedisiplinannya dapat dilihat dalam 3 orientasi yang saling berhubungan:
1.
Sejarah merupakan pengetahuan
mengenai kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan keadaan manusia di masa
lampau dalam keadaan masa kini.
2.
Sejarah merupakan pengetahuan
tentang hukum-hukum yang tampak menguasai kehidupan masa lampau yang diperoleh
melalui analisis dan penyelidikan atas peristiwa tersebut.
3.
Sejarah sebagai falsafah yang
didasarkan kepada pengetahuan tentang perubahan-perubahan masyarakat. Denga
kata lain sejarah merupakan ilmu tentang proses suatu masyarakat.
Lapangan sejarah mencakup
sagala pengalaman manusia yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan dialami
manusia atau mengenai apa, siapa, kapan, dimana, dan bagaimana sesuatu telah
terjadi.[2]
Di antara kegunaan sejarah antara adalah:
1. Untuk kelestarian
identitas kelompok dan memperkuat daya tahan kelompok bagi kelangsungan
hidupnya.
2.
Sejarah berguna sebagai pengambilan pelajaran atau
tauladan dari contoh-contoh di masa lampau.
Dalam kitab suci Al-Qur’an terdapat banyak
kisah para nabi dan tokoh-tokoh masa lampau yang berisi pelajaran untuk
dilaksanakan atau sebaliknya dimasa yang akan datang, itu karena begitu
pentingnya sejarah bagi kehidupan manusia.
Sejarah Peradaban Islam
Dalam bahasa Indonesia, kata peradaban seringkali
dipahami sama artinya dengan kebudayaan. Dalam bahasa Inggris terdapat
perbedaan pengertian antara kedua istilah tersebut, yakni istilah civilization
untuk peradaban dan culture untuk kebudayaan. Dalam bahasa Arab,
dibedakan antara kata tsaqafah (kebudayaan), kata hadhoroh (kemajuan),
dan kata tamaddun (peradaban); bahkan dalam bahasa Melayu istilah tamaddun
dimaksudkan untuk menyebut keduanya.
Konsep "Sejarah
Peradaban Islam" diartikan sebagai perkembangan atau kemajuan kebudayaan
Islam dalam perspektif sejarahnya. Membatasi akan luasnya cakupan pembahasan
tersebut, maka di sini dapat pula dikemukakan makna peradaban Islam dalam tiga
pengertian.
1.
Kemajuan dan tingkat
kecerdasan akal yang dihasilkan dalam suatu periode kekuatan Islam, mulai dari
periode Nabi Muhammad SAW sampai perkembangan kekuasaan Islam sekarang.
2.
Hasil-hasil yang dicapai
oleh umat Islam dalam lapang kesusastraan, ilmu pengetahuan dan kesenian.
3.
Kemajuan politik atau
kekuasaan Islam yang berperan melindungi pandangan hidup Islam terutama dalam
hubungannya dengan ibadah-ibadah, penggunaan bahasa, dan kebiasaan hidup
bermasyarakat.
Islam, agama yang dibawa
Nabi Muhammad SAW, telah berhasil membawa bangsa Arab yang semula terbelakang,
tidak terkenal, berpikiran sempit dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain,
menjadi satu umat yang maju. Kemajuan Barat pada mulanya bersumber dari
peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol.[4]
Islam memang berbeda dari agama-agama lain. H. A. R. Cribb di dalam bukunya Whither
Islam mengatakan : "Islam is indeed much more than a system of
theology, it is a complete civilization" (Islam sesungguhnya lebih
dari sekedar sebuah agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna).
Peran dan Fungsi Manusia Sebagai Pembuat Peradaban
Dalam perspektif Islam
manusia sebagai pelaku sekaligus pembuat peradaban memiliki kedudukan dan peran
inti, itulah sebabnya kedudukan dan posisi manusia secara panjang lebar
dikisahkan baik dalam Al-Qur'an maupun
Al-Hadist.
1. Manusia adalah ciptaan yang paling sempurna dan paling utama.
Yang
artinya :
“Dan
sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan
dan di lautan[5],
kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan.” (al-Israa’: 70)
2. Guna mengemban tugasnya sebagai makhluk yang dimuliakan, tidak
seperti ciptaan Allah yang lain, manusia yang dibekali dengan akal yang dalam
narasi Qur'ani disebut dengan berbagai kata, seperti : qalb, nadzor, bashor.
3. Klimaksnya, manusia dengan segala kelemahannya dan kekurangannya
telah ditunjuk menjadi khalifah Allah di muka bumi guna memimpin, mengendalikan,
dan menentukan arah, dan dalam waktu yang sama untuk memakmurkan bumi sesuai dengan kehendak Nya demi menggapai
ridho-Nya. yang artinya :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (al-Baqoroh ; 30)
Padahal tidak ada seseorangpun
memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (Dia memberikan
itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi.
(al-Lail : 19-20)
Untuk
tugas ini Allah mengutus nabi dan rasul dari Adam AS sampai Muhammad SAW untuk
membimbing dari kegelapan ke kehidupan yang terang benderang penuh kedamaian
abadi dunia dan akhirat. 20 tahun berjuang dalam masyarakat jahiliyah dan
berhasil.
Dasar-Dasar Peradaban Islam
Dasar-dasar peradaban yang
diletakan Rasululah SAW pada umumnya merupakan nilai atau norma yang mengatur
manusia dan masyarakat yang berkaitan peribadatan, social, ekonomi, ekonomi,
dan politik bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.[6]
Nabi Muahammad SAW bukan hanya seorang rasul dan nabi, tapi
juga ahli politik ulung dan diplomat yang bijak, pahlawan perkasa di medan
perang dan ksatria dalam memperlakukan musuh yang kalah. Kepiawaian dalam
berpolitik ditunjukan dalam perjanjian damai dengan penduduk non muslim madinah.
Didalamnya ditetapkan dan diakui hak kemerdekaan tiap golongan untuk memeluk
dan menjalankan agamanya. Yag dikenal dengan Piagam Madinah.
Beberapa asas masyarakat Islam yang telah
diletakkan oleh Rasulallah antara lain:
1.
Al-Ikha (persaudaraan)
2.
Al-Musawah (persamaan)
3.
Al-Tasamuh (toleransi)
4.
Al-Tasyawur (musyawarah)
5.
At-Ta'awun (tolong-menolong)
6.
Al-‘Adalah (keadilan)
Institut Studi Islam Darussalam (ISID) dan
Pembelajaran Sejarah Peradaban Islam (SPI)
Institut Studi Islam
Darussalam (ISID) adalah lembaga pendidikan tingkat tinggi di lingkungan Balai
Pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor yang didirikan pada tanggal 1 Rajab
1383 / 17 Nov. 1963 oleh tiga serangkai pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor;
KH. Ahmad Sahal, KH. Zainuddin Fanani, KH. Imam Zarkasyi, sebagai untuk
mewujudkan pusat kajian al-Qur’an, Bahasa Arab dan ilmu pengetahuan pada
umumnya dengan tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai dan tradisi pondok.
Tujuan didirikannya ISID
adalah untuk mewujudkan sarjana mu’min muslim yang berbudi tinggi, berbadan
sehat, berpengetahuan luas dan berpikiran bebas, serta taat menjalankan syariat
Islam; yang berkhidmat kepada bangsa dan negara, cakap berdiri sendiri dalam
memelihara, memperdalam dan mengembangkan ajaran-ajaran Islam dan ilmu
pengetahuan umum, bagi kesejahteraan umat lahir dan batin, dunia akherat.
Krikulum ISID ditetapkan
berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 045/ V / 2002, dimana
Sejarah Peradaban Islam merupakan mata kuliah wajib bagi seluruh mahasiswa ISID
dengan bobot 4 SKS, dan merupakan kurikulum inti Institut yang berlaku secara
nasional.
Maka ISID telah mengambil
langkah-langkah strategis dalam pembelajaran Sejarah Peradaban Islam.
Diantaranya :
1. Materi kuliah disampaikan dengan
menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris. Hal ini dimaksudkan agar kandungan
nilai-nilai Islam dipahami secara benar dan tepat.
2. Pokok-pokok bahasan dan topik inti, disamping disampaikan dengan
metode diskriftif, juga dibarengi dengan penampaian analisis kritis, penugasan
indifidu maupun kelompok yang dilanjutkan dengan diskusi.
3. Prinsip Gontor dalam proses pembelajaran adalah:
الطريقة
أهم من المادة... والأسـتاذ أهم من الطريقـة... وروح
الأسـتاذهـوالأهم
4. Menggunakan referensi yang relative lebih lengkap dan tepat seperti,
Hasan Ibrahim Hasan, Yusuf Qardawi, A. Syalabi, M.M., Syarif, Hamka, Masadul
Hasan, Nur Kholis Majid, dan Ira M. Lapidus
5. ISID selalu meletakkan mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
sebagai disiplin ilmu yang hidup dan selalu memberikan nuansa-nuansa baru.
[1]
Ziauddin Sardar, Rekayasa masa depan peradaban muslim, terj Rahmani
Astuti ( Bandung: Mizan 1986). Hal. 208
[2]
Murtadha Mutahhari, Masyarakat dan Sejarah : Kritik Islam Atas Marxisme
dan Teori lainnya. Terj. M. Hashen, (Bandung : Mizan), hal. 65-67
[3] T. Ibrahim Alfian. Sejarah dan Permasalahan
Masa Kini (Yogyakarta : Universitas Gajah Mada, 1985) hal. 3
[4]
Lihat: Zighrid Humke, Syams al_-‘Arab Tastha’u ‘ala al-Gharb ; Atsar
al-Hadlarah al-‘Arabiyah Fi Aurubba, terj. Faruq Baidlun dan Kamal Dasuqi,
(Beirut: Dar al-Jail, Dar al-Afaq al-Jadidah, tt
[5]
Maksudnya: Allah memudahkan bagi anak Adam
pengangkutan-pengangkutan di daratan dan di lautan untuk memperoleh
penghidupan.
[6] Team
penyusun textbook Sejarah Kebudayaan Islam Direktorat Jendral Pembinaan
Kelelmbagaan Agama Islam Departemen Agama RI, Sejarah dan Kebudayaan Islam,
(Ujung Pandang : Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama IAIN “Alaudin” Ujung
Pandang 1981/1982), hlm. 46,47
0 komentar:
Posting Komentar