الْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ العِلْمَ طَهَارةً
للنُّفُوسِ وَنُوْرًا لِلْبَصَائِرِ وَطَرِيْقًا اِلَى الحَقِّ وَهَادِيًا اِلَى
الجَنَّةِ َوفَضَّلَ اللهُ الإِنْسَانَ بهِ عَلَى سَائِرِ الْكَائِنَاتِ. أَشْهَدُ
أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الَّذِي خَصَّ مَنْ شاَءَ
مِنْ عِبَادِهِ بِالْمَأْثَرِ الْحُكْمِيَّةِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الَّذِى خَصَّهُ اللهُ تَعَالىَ بِجَمِيْعِ الْعُبُوْدِيَّةِ. وَصَلَّى
اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالسَّالِكِيْنَ عَلَى نَهْجِهِ
فَقَالُوْا خَيْرًا وَافِرًا. أَمَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ إتَّقُوا اللهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ الاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ عَزَّ
وَجَلَّ : أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشيْطَان الرجيمِ : يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ آمَنُوا
اتَّقُوا الله وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ
اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ.
Saudara-saudara sidang jum’at yang mulia,
Mengawali
khutbah jum’at siang hari ini, khatib mengajak terutama kepada diri khatib dan
kepada siding jum’at untuk senantiasa meningkatkan takwa kepada Allah dalam
setiap perkataan ataupun perbuatan setiap waktu dan keadaan. Takwa dalam arti
kita mampu melaksanakan semua yang diperintahkan Allah dan menghentikan semua
yang dilarang Allah dengan penuh berkah dan ridha Allah swt, sebagaimana
difirmankan dan dijanjikan Allah dalam Al-qur’an surat An-Nisa’ (4) : 173 yang
berbunyi:
فَأَمَّا
الّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ فَيُوَفِّيْهِمْ أُجُوْرَهُمْ وَيَزِيْدُهُمْ
مِنْ فَضْلِهِ.
“Adapun orang-orang
yang telah beriman dan beramal shaleh, maka mereka akan dicukupkan pahala
(imbalan) mereka dan ditambahkan karunia mereka dari sisinya…. (QS.
An-Nisa’ 173).
Ma’asyiral muslimin jamaah jum’at yang berbahagia,
Islam
telah menakdirkan kepada umatnya menjadi umat pilihan, dan ditetapkan pula
agama yang dianutnya merupakan agama yang paling benar disisi Allah swt. Hal
ini tentunya menjadi keyakinan yang tidak disertai dengan keraguan sedikitpun
juga.
Allah swt berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 143 yang
berbunyi:
وَكَذَالِكَ جَعَلْنَاكُمْ
أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُوْنُوْا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ
شَهِيْدًا
“dan seperti demikian itu kami jadikan kamu
sekalian golongan umat pilihan (ummatan wasathan), supaya menjadi saksi dan
teladan bagi umat manusia seluruhnya: dan supaya Rosulullah (muhammad), juga
menjadi saksi dan teladan bagi kamu sekalian...” (QS. Al-Baqarah
: 143).
Kata-kata ummatan
wasathan dalam ayat diatas diberi penafsiran oleh ibnu katsir dalam kitabnya “jaami’ul
bayan” sebagai kemampuan-kemampuan positif yang dimiliki umat islam sebagaimana
dalam kurun pertama sejarahnya dalam capaian-capaian kemajuan dibidang material
ataupun spiritual.
Sudah menjadi fakta historis yang tak terbantah, bahwa
negeri arab sebelum kedatangan islam, merupakan temapat tinggal para kabilah
dan suku-suku yang saling berperang satu dengan lainnya. Jalan hidupnya penuh
kesesatan, aroma napasnya penuh kemaksiatan dan gelombang dinamika perilakunya
penuh dengan dosa dan kenistaan sehingga masyarakat dunia menyebutnya sebagai
bangsa jahiliyah. Dalam tempo yang singkat, mereka menjadi bangsa yang bersatu,
berdamai dan memadukan cita dan rasa sehingga menjadi bangsa yang terhormat dan
dikagumi.
Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an
surat Al-Maidah 15-16 yang berbunyi:
قَدْ جَاءَكُمْ
مِنَ اللهِ نُوْرٌ وَكِتَاب ٌمُبِيْنَ . يَهْدِي بِهِ اللهِ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ
سُبُلَ السَّلاَمِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ اِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيْهِمْ
اِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمِ.
“ sungguh telah datang kepadamu dari Allah cahaya dan
kitab yang jelas. Dengannya Allah memberi petunjuk kepada yang mengikuti
keridhaan-Nya ke jalan keselamatan. Dan mengeluarkan mereka dari jalan
kegelapan kepada cahaya atas izin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.”
(QS. Al-Maidah 15-16).
Ayat tersebut secara jelas menggambarkan bahwa risalah
islam yang dibawa nabi muhammad saw telah menunjukkan jalan merambah ilahi
bagaikan cahaya yang terang, telah mengeluarkan umat manusia dari kekufuran
menjadi iman, dari kehidupan yang liar menjadi masyarakat yang teratur, dari
kebodohan/kegelapan kepada penuh kearifan dan dari kesesatan menjadi penuh
hidayah Tuhan.
Siapapun yang mempelajari sejarah islam pasti akan kagum
atas citra diri umat islam. Pada zaman permulaan itu, mereka bukan hanya
menjadi bangsa adikuasa dan bermoral, disaa-saat barat dalam kegelapan, disana
islam tampil sebagai umat yang tangguh, berwibawa dan disegani. Dunia islam
menunjukkan dinamika hidup yang sehat disertai pertumbuhan intelektual yang
telah membawa perubahan dan kemajuan dalam masyarakat.
Hal ini dibuktikan pula oleh pengakuan jujur seorang
orientalis W.Montgomery Watt bahwa kaum muslimin sejak semula bukanlah
sekelompok bangsa pemaksa. Akan tetapi, mereka merupakan bangsa yang telah
meraih capaian-capaian peradaban besar di muka bumi ini dan memberikan manfaat
besar bagi kemanusiaan.
Dengan demikian citra diri seorang muslim terletak pada
komitmen yang teguh terhadap ajaran-ajaran agamanya. Inilah yang mengantarkan
dirinya dan kaumnya untuk mencapai martabat yang tinggi sesuai dengan
cita-citanya, sebaliknya apabila mereka melecehkan ajaran-ajaran agama, maka
kegagalan dan kemunduranlah yang akan ditemui dalam hidupnya.
Ma’asyiral
muslimin, sidang jama’ah jum’at yang berbahagia
Citra diri itu dapat kita lihat dan pelajari dari sejarah
kartini, sosok wanita yang berjuang mengantarkan dirinya dan kaumnya untuk
mencapai derajat yang tinggi. Sebagaimana dikutib dari isi suratnya kepada Abendanon,
4 oktober 1902 :
“kami disini memohon diusahakan
pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami
menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan
hidupnya, tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum
wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajiban menjadi ibu, pendidik
manusia yang pertama-tama”
Keberanian kartini tak hanya terhadap perjuangan hak-hak
perempuan dan kritik terhadap budaya feodalistik jawa, tapi juga praktik
hubungan antaraagama islam-kristen. Secara berani ia menggugat praktik
kristenisasi di hindia belanda. Sebagaimana dikutib dari isi suratnya kepada
Abendanon 31 Januari 1903, menunjukkan keberaniannya itu, “bagaimana pendapatmu
tentang zending, jika bermaksud berbuat baik kepada rakyat jawa semata-mata
atas dasar cinta kasih, bukan dalam rangka kristenisasi? Bagi orang islam,
melepaskan keyakinan sendiri untuk memeluk agama lain, merupakan dosa yang
sebesar-besarnya. Pendek kata boleh melakukan zending, tetapi jangan mengkristenkan
orang, mungkinkah itu dilakukan?”
Inilah bukti citra diri seorang kartini yang membela
hak-hak kaum wanita untuk mencapai derajat yang lebih tinggi.
Ma’syiral
muslimin, jamaah jum’at yang berbahagia.
Dengan demikian kesadaran beragama dalam arti berpegang
teguh dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam ajaran islam dalam segala
situasi dan kondisi merupakan identitas seorang muslim. Jikalau setiap muslim
mampu mengangkat citra diri dan jati dirinya, dapat dipastikan moralitas bangsa
akan dapat ditegakkan dan daripadanya akan dapat mendorong kebesaran dan
kejayaan bangsa dan umat. “setiap bangsa itu sangat tergantung dari
moralitasnya, apabila sudah hlang moralitas bangsa, maka hancur dan binasalah
bangsa itu.”
إِنَّمَا
الأُمَمُ الأَخْلاَقُ مَا بَقِيَتْ * وَإنْ هُمُوْ ذَهَبَتْ * أَخْلاَقُهُمْ
ذَهَبُوْا
Dengan demikian untuk menegakkan citra agama dalam
kehidupan diperlukan kesamaan langkah berbagai pihak, sehingga tidak terjadi
satu golongan mengajak kepada kebaikan, sementara yang lain justru
menghancurkan kebaikan. Allah berfirman dalam Al-Qu’an surat An-Nisa’ 65 yang
berbunyi:
فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُوْنَ حَتىَّ يَحْكُمُوْكَ فِيْمَا
شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُوْا فىِ أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ
وَيُسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
“maka tidak, demi tuhanmu mereka tidak akan
beriman hingga mereka jadikan engkau hakim didalam apa yang bertumbuh
(perselisihan) diantara mereka. Kemudian, tidak mereka dapati didalam diri mereka keberatan (halangan) dari apa yang engkau
laksanakan. Mereka menyerah sepenuhnya (pengerahan). (QS. An-Nisa’ 65).
Dari uraian diatas dapat dikemukakan
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, dalam sejarahnya umat islam telah
menampilkan diri dan citra yang sebenarnya sehingga membawa kemuajuan dan
kemaslahatan bukan hanya bagi umat islam, tetapi juga bagi alam semesta, sesuai
dengan risalah nabi, yaitu memancarkan rahmat bagi segenap alam semesta.
Kedua, ketika citra diri umat islam
mengalami degrasi, disitu pula muncul kerusakan dan kekacauan, tidak ada yang
dapat dibanggakan lagi dari eksistensi umat islam.
Ketiga, untuk menegakkan kembali citra
islam, perlu ditumbuhkan kesadaran beragama dimana islam sebagai agama fithrah
Allah (susunan) yang sangat cocok bagi tuntutan kehidupan manusia dan perlu
adanya kesepakatan dalam mengembangkan kebudayaan yang memberi nuansa agamis.
Sehingga citra islam sebagai agama mendorong umatnya yang malas dan teroris
dihilangkan.
Akhirnya, marilah kita berharap
semoga bangsa ini senantiasa mendapat inayah dari Allah SWT.
بَارَكَ
اللهُ لىِ وَلَكُمْ فىِ القُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَّعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ
مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ
الرَّاحِمِيْنَ.
الخطبة
الثانية
الْحَمْدُ
للهِ الَّذِي أَرْسَلَ الْمُرْسَلِيْنَ كَافَّةً للِنَّاسِ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ.
أَشْهَذُ أَنْ لاَ إِلَهَ الاالله وَلاَ نَعْبُدُ الاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ
الدِّيْن . وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهُ لاَ نَبِي بَعْدَهُ. اللهمَّ
صَلِّ صَلاَةً كَامِلَةً وَسَلِّمَ سَلاَمًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ
: فَيَا عِبَادَ الله إتَّقُوا اللهَ ماَاسْتَطَعْتُمْ. وَاعْلَمُوْا أنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ
بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّا بِمَلاَئِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فىِ كتِاَبِهِ الْكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشيطانِ
الرجيمِ بِاسْمِ اللهِ الرحمن الرحيمِ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى
النبِى يَآَأيُّهَا الذِيْنَ آمَنُوا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَات والمؤمنِينَ والمؤمنَاتِ الأحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَاقَاضِيَ
الْحَاجَاتِ. اللهمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَهْلِكِ الكُفَّار
وَالْمُشْرِكِيْنَ. رَبَّناَ آتِنَا فىِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ الله : إن الله يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ
وَإِيْتَائِ ذِى القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَااذْكُرُوااللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ
عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرِ. أَقِمِ الصلاة....
0 komentar:
Posting Komentar