PENDAHULUAN
Dalam sebuah struktur kurikulum berbasis kompetensi tingkat satuan pendidikan, kegiatan pembelajaran termasuk salah satu komponen yang harus ada, selain kurikulum dan hasil belajar,penilaian berbasis kelas, dan pengolahan kurikulum berbasis madrasah.
Kegiatan pengolahan pembelajaran merupakan gagasan-gagasan pokok tentang kegiatan pembelajaran yang akan dijadikan sebagai pedoman untuk tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan serta memuat gagasan–gagasan paedagogis dan andragogis untuk mengelola pembelajaran agar berjalan secara efektif dan efesien.oleh karena itu di buatlah beberapa kegiatan untuk mengefektifitaskan pembelajaran sebagaimana berikut: prinsip-prinsip dalam kegiatan pembelajaran, penyediaan pengalaman belajar, pengembangan keterampilan hidup siswa, pengelolahan kelas, pengelolahan siswa, pengelolahan pembelajaran, pengolahan isi/materi pembelajaran, pengolahan sumber belajar.
Seiring dengan pemberian pengalaman belajar kepada siswa ,tak kalah pentingnya dalam pembelajaran berbasis kompetensi pada tingkat satuan pendidikan dalam pemberian kecakapan hidup kepada siswa atau lebih dikenal dengan sebutan “ life skill ”. life skill merupakan pemberian keterampilan-keterampilan kepada siswa untuk dapat menjalankan kehidupan baik sebagai mahluk sosial, mahluk individu, maupun sebagai mahluk tuhan.
PENGERTIAN LIFE SKILL
Menurut 2 organisasi terbesar di dunia pengertian life skill sebagaimana berikut:
The World Health Organization has defined life skills as “ the abilities for adaptive and positive behavior that enable individuals to deal effectively with the demands and challenges of everyday life” .Dalam artian di atas life skill adalah suatu kemampuan yang di dapat untuk menyesuaikan diri pada periaku yang positif untuk menangani tuntutan dan tantangan hidup, sehingga life skill sangat berpengaruh bagi kehidupan anak di masa mendatang dan sekarang.
Karena tantangan dan tuntutan hidup anak didik akan selalu berbeda-beda dari masa ke masa. Dan anak didik akan terus berkembang.
Selain itu UNICEF badan yang berperan pada kesehatan anak di dunia juga menegaskan tentang arti dari life skill adalah sebagai berikut :
The UNICEF defines life skills as “ a behavior change or behavior development approach designed to address a balance of three areas: Knowledge, attitude and skills”.[1]
Yang artinya life skill itu suatu perkembangan tingkah laku yang di rancang untuk menanggapi keseimbangan 3 ranah bidang yaitu : pengetahuan, sikap, dan pengetahuan. Maka dari itu seorang guru harus bisa merencanakan serta membuat suatu konsep untuk dapat mengemmbangkan life skill sesuai dengan tujuan yang akan penulis paparkan di bawah ini:
TUJUAN PEMBERIAN DAN PENGEMBANGAN LIFE SKILL
Dalam pemberian dan pengembangan life skill itu mempunyai beberapa tujuan. Sehingga life pemberian dan pengembangan life skill itu bisa terarahkan sesuai dengan tujuan di bawah ini:
1. Memfungsikan pendidikan sebagai fitrahnya,
2. Memberi peluang kepada lembaga pelaksana pendidikan agar dapat mengembangkan pembelajaran secara fleksibel, dan bisa memanfaatkan sumber daya pendidikan yang ada dimasyarakat.
3. Memberikan bekal tamatan dengan kecakapan hidup agar kelak mampu dan bisa menghadapi permasalahan yang ada dalam kehidupan.
Jelas bahwa dari uraian diatas pemberian dan pengenbangan kepada siswa diperlukan agar siswa mampu dan sukses dalam menjalani kehidupan dengan dibekali berbagai keterampilan-keterampilan hidup, agar anak bisa mengarungi bahtera kehidupan setelah menyelesaikan suatu jenjang pendidikan dan terjun ke masyarakat serta terlibat di dalamnya.
Secara umum kecakapan hidup dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Kecakapan hidup umum adalah kecakapan hidup yang dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat
2. Kecakapan hidup khusus adalah kecakapan yang dibutuhkan secara khusus dalam bidang akademis dan kemampuan dalam melakukan dan menyelesaikan suatu pekerjaan
Kecakapan hidup umum
Kecakapan hidup umum dibagi menjadi:
1. Kesadaran diri
Kecakapan hidup yang berkaitan dengan kemampuan potensi hidup sebagai mahluk tuhan,ini semua meliputi: a.kesadaran sebagai mahluk tuhan b.sadar akan potensi diri c.sadar sebagai mahluk sosial d.sadar sebagai mahluk lingkungan
2. Kecakapan berfikir
Kecakapan hidup yang menggunakan akal pikiran dalam menggali, mengola serta memanfaatkan informasi dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Kecakapan komunikasi
Kecakapan hidup yang berkaitan dengan keterampilan mengolah dan menyampaikan pesan kepada pihak yang di ajak berkomunikasi.yang meliputi
- keterampilan mengemas dan meramu pesan yang di sampaikan
- keterampilan menggunakan alat atau media untuk disampaikan
- keterampilan menyakinkan pesan atau informasi, bahwa pesan dan infotmasi tersebut penting disampaikan.
4. Kecakapan bekerjasama
Kecakapan hidup individu agar dapat bekerjasama dan diterima oleh orang lain ataupun kelompok kecil maupun besar dalam suatu kegiatan
Kecakapan hidup khusus
Kecakapan hidup khusus dibagi menjadi:
1. Kecakapan akademik
Kemampuan berfikir secara ilmiah yang mana meliputi:
- identifikasi variable
- merumuskan hipotesis
- melaksanakan penelitian
2. Kecakapan vocasional
Kecakapan yang terkait dengan keterampilan suatu pekerjaan yang ditekuni, yang mana meliputi:
- kecakapan memanfaatkan teknologi,
- mengelola sumber daya,
- bekerjasama dengan orang lain,
- memanfaatkan informasi,
- mengelola system,
- berwirausaha,
- kecakapan kejuruan,
- memilih dan mengembangkan karir,
- menjaga harmoni dengan lingkungan.[2]
Setelah pembaca mengetahui maksud dan tujuan pengembangan dan pemberian life skill maka pembaca harus tahu cara yang tepat dalam memberikan dan mengembangkan life skill yang sesuai dengan tujuan tersebut. Maka pada pembahasan di bawah ini penulis akan memaparkan metode pemberian dan pengembangan life skill pada anak didik.
METODE PEMBERIAN DAN PENGEMBANGAN LIFE SKILL
Di dalam makalah ini penulis akan mengemukakan 4 pokok metode yang dapat menyiasati pemberian dan pengembangan life skill yang bergeser dari orentasi mata pelajaran menjadi orentasi orientasi kepada kecakapan hidup. Dan 4 pokok itu meliputi sebagai berikut :
- rerorientasi pembelajaran;
- pengembangan budaya sekolah;
- manajemen pendidikan, dan
- hubungan sinergis dengan masyarakat. [3]
Untuk lebih jelasnya penulis akan memaparakan sebagai mana berikut :
A. Reorientasi Pembelajaran
Pada reorientasi pembelajaran hal yang diperlukan adalah menyiasati kurikulum, khususnya mengintegrasikan PBKH ke dalam mata pelajaran. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk itu adalah:
- membaca dan memahami GBPP mata pelajaran atau Daftar Standar Kompetensi (kurikulum 2004);
- mengidentifikasi pokok bahasan dan subpokok bahasan, konsep dan subkonsep, dan pembelajaran yang dapat dikaitkan dengan kecakapan hidup atau menyusun pengalaman belajar yang dilengkapi dengan kecakapan hidup untuk kurikulum 2004.
- merancang persiapan mengajar (PSP, RP) yang bermuatan kecakapan hidup;
- menyiapkan alat penilaian autentik (riil) yang dapat melihat keberhasilan PBKH;
- melaksanakan pembelajaran yang bermuatan kecakapan hidup;
- melakukan evaluasi pembelajaran yang bermuatan kecakapan hidup;
- merefleksi semua kegiatan yang dilakukan. Di dalam persiapan pembelajaran, kecakapan hidup dapat digambar di dalam Program Satuan Pelajaran atau Rencana Pembelajaran.
Di dalam kedua peangkat administrasi kegiatan belajar mengajar (KBM) itu, kecakapan hidup diterakan di skenario pembelajaran.
Basis utama pelaksanaan pembelajaran adalah Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) atau Daftar Standar Kompetensi (kurikulum 2004). Dari dokumen itulah PBM dilaksanakan. Oleh karena itu, kemampuan guru membaca dan memahami dokumen tersebut sangat diperlukan.
Terkait dengan penyusunan persiapan mengajar yang bermuatan kecakapan hidup, hal penting yang harus dibaca dan dipahami guru dari GBPP adalah tujuan pembelajaran dengan kode satu digit di depannya (1.), pokok bahasan dengan kode dua digit di depannya (1.1), subpokok bahasan dengan kode tiga digit di depannya (1.1.1), dan pembelajaran yang diberi kode (o) di depannya.
Sedangkan untuk kurikulum 2004, hal yang perlu dipahami adalah standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok. Dari pemahaman itu dirumuskan pengalaman belajar yang bernuansa kecakapan hidup dan penilaiannya. Hal-hal tersebut perlu dibaca dan dipahami untuk merancang silabus dan persiapan mengajar. (PSP atau RP). Rencana Pembelajaran (RP) adalah persiapan mengajar yang dibuat oleh guru untuk setiap kali tatap muka atau untuk setiap kali pertemuan dalam satu mata pelajaran. Fungsinya adalah agar pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien.
Komponen utamanya ialah Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK), materi pelajaran, langkah KBM atau skenario pembelajaran, dan alat penilaian. Sedangkan untuk kurikulum 2004 hal penting dalam rencana pembelajaran adalah skenario pembelajaran. Dapat dilihat dalam bahan ajar pembelajaran bahasa terintegrasi. Keempat komponen itu merupakan komponen utama di samping komponen lain seperti identitas, media pembelajaran, dan sebagainya.
TPK adalah harapan seorang guru terhadap siswanya setelah KBM dilaksanakan.
TPK biasanya diturunkan dari tujuan pembelajarn yang ada di dalam GBPP dan diformulasikan dengan PB, SPB, dan pembelajaran. Hal itu berlaku untuk semua mata pelajaran, kecuali Bahasa Indonesia yang TPK-nya diturunkan dari pembelajaran. TPK ini menjadi penting dalam pembelajaran, karena merupakan harapan dari guru terhadap siswanya. Jika TPK tidak ada, kemudian guru masuk kelas, berarti guru tidak memiliki harapan yang jelas dan tegas. Oleh karena itu, sebelum masuk kelas guru benar-benar mempersiapkan harapannya yang diaktualisasikan di dalam TPK itu.
Materi pelajaran adalah alat untuk mencapai tujuan. Bukan tujuan, bukan tujuan! Materi dapat berupa konsep kelimuan, norma, dan cara. Jenis materi itu tergantung kepada sifat dan karakterisitik mata pelajaran. Formulasi materi yang tepat dan berdaya guna, ialah formulasi yang mengacu kepada pencapaian tujuan. Dengan demikian, materi hanyalah sebagai alat semata, bukan tujuan.
Langkah-langkah KBM adalah skenario pembelajaran.
Skenario tersebut merupakan pengalaman belajar yang dirancang guru untuk siswanya dalam rangka mencapai tujuan. Pengalaman-pengalaman kecil yang dipersiapkan guru untuk dilalui siswa merupakan kegiatan belajar siswa di kelas.
Melalui pengalaman-pengalaman itulah siswa belajar, siswa mencapai tujuan atau harapan yang telah dirumuskan guru. Dalam konteks ini, siswa bukan diajari, tetapi dibelajarkan. Di sini pulalah kesempatan bagi guru untuk membiasakan diri menjaid fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa di kelas.
Alat penilaian adalah seperangkat tes atau nontes untuk melihat atau mengumpulkan data tentang kemajuan belajar siswa. Informasi yang dikumpulkan dari pembelajaran adalah meliputi tiga aspek yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Aspek kognitif dapat dinilai melalui tes, aspek afektif melalui observasi, dan aspek psikomotorik melalui tes dan observasi. Alat penilaian tersebut perlu dirumuskan oleh guru sebagai sarana untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar siswa.
Pelaksanaan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup dapat menggunakan berbagai pendekatan. Pendekatan yang disarankan antara lain pendekatan konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran kontekstual. Kedua pendekatan itu digunakan sehingga:
- siswa lebih aktif;
- fungsi guru lebih sebagai fasilitator daripada sebagai informan;
- materi yang dipelajari bermanfaat untuk menghadapi kehidupan;
- iklim di dalam kelas menyenangkan;
- siswa terbiasa mencari informasi dari berbagai sumber; dan
- menggeser teaching menjadi learning.
Untuk melaksanakan tuntutan tersebut, salah satu jalan yang dapat dilakukan guru adalah membuat persiapan mengajar (RP) yang aplikatif, berdayaguna, dan berhasil guna.
B. Pengembangan Budaya (Kultur) Sekolah
Pendidikan berlangsung bukan hanya di dalam kelas. Pendidikan juga terjadi di luar kelas.
Di lingkungan sekolah, di lingkungan keluarga, di lingkungan masyarakat, dan lingkungan-lingkungan lain, pendidikan juga berlangsung. Terkait dengan PBKH tidak dapat dibebankan kepada guru semata, tetapi ditunjang oleh lingkungan yang kondusif. Lingkungan itu di antaranya ialah lingkungan sekolah.
Pelaksanaan PBKH memerlukan dukungan perubahan budaya sekolah yang mendorong berkembangnya budaya belajar, sehingga di sekolah tercipta prinsip “belajar bukan untuk sekolah, tetapi belajar untuk hidup, belajar bukan untuk ujian, tetapi untuk memecahkan masalah (problema) kehidupan”.
Ada tiga aspek pendidikan yang dapat dikembangkan melalui budaya sekolah yang kondusif. Ketiga aspek itu adalah pengembangan disiplin diri dan rasa tanggung jawab, pengembangan motivasi belajar, dan pengembangan rasa kebersamaan. Oleh karena itu, ketiga aspek itu hendaknya menjadi budaya warga sekolah yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari
C. Manajemen Sekolah
Departemen Pendidikan Nasional telah meluncurkan rintisan manajemen berbasis sekolah. Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah salah satu model manajemen yang memberikan kewenangan kepada sekolah untuk mengurus dirinya dalam rangka peningkatan mutu. Prinsip dasar manajemen berbasis sekolah itu adalah kemandirian, transparansi, kerja sama, akuntabilitas, dan sustainbilitas. Kelima prinsip dasar itu sangat terkait dengan prinsip-prinisp kecakapan hidup yang akan dikembangkan di dalam Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup. (untuk manajemen sekolah perlu dibahas tersendiri pada kegiatan lain).
D. Hubungan Sinergis antara Sekolah dengan Masyarakat
Penanggung jawab pertama terhadap pendidikan anak adalah orang tua. Sekolah hanya membantu orang tua dalam pelaksanaan pendidikan. Anak-anak, ternyata jauh lebih berhadapan dengan orang tua dan mayarakat dalam kesehariannya dibandingkan dengan sekolah. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan PBKH keterlibatan orang tua dan masyarakat tidak dapat dihindari.
Hubungan sinergis artinya saling bekerjasama dan saling mendukung.
Orang tua atau masyarakat dan sekolah perlu bersama-sama menentukan arah pendidikan bagi anak-anak. Kemudian memikirkan usaha-usaha untuk mencapai arah tersebut.
Di dalam manajemen Berbasis Sekolah, orang tua sebagai orang yang berkepentingan memiliki kesempatan ikut menentukan kebijakan pendidikan di sekolah. Misalnya, orang tua ikut menentukan rencana pengembangan sekolah, aplikasi kurikulum, pembiayaan dan sebagainya. Khusus hubungan sinergis sekolah dengan masyarakat ini perlu dibahas dalam waktu tertentu.
Dan ini semua tidak lepas dengan motivasi dari seorang guru. Karena motivasi tersebutlah yang dapat memberikan semangat bagi anak didik. Sebagaimana fungsi motivasi tersebut adalah gabungan dari berbagai faktor yang menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku.[4] Sehingga anak lebih terdorong untuk mengembangkan skill tersebut.
Untuk mencapai ini semua juga berawal dari suatu pengalaman belajar. Karena pengalaman belajar itu lebih mempunyai pengaruh terhadap perkembangan life skill individu anak didik dari pada kepernahan dia dalam belajar. Maka pada pembahasan selanjutnya penulis akan memaparkan perbedaan pengalaman belajar dengan kepernahan dalam belajar.
PERBEDAAN ANTARA KEPERNAHAN BELAJAR DAN PENGALAMAN BELAJAR.
Pengertian pengalaman belajar menurut Tyler (1973:63) adalah sebagai berikut.
Learning experience is not the same as the content with which a course deals nor the activities performed by the teacher. The term learning experience refers to the interaction between the learner and the external conditions in the environment to which he can react. Learning takes place through the active behaviour of the student; it is what he does that he learns, not what teacher does.[5]
(Pengalaman belajar tidak sama dengan konten materi pembelajaran atau kegiatan yang dilakukan oleh guru. Istilah pengalaman belajar mengacu kepada interaksi antara pebelajar dengan kondisi eksternal di lingkungan yang ia reaksi. Belajar melalui perilaku aktif siswa; yaitu apa yang ia lakukan saat ia belajar, bukan apa yang dilakukan oleh guru)
- Pengalaman belajar pengalaman mengacu kepada interaksi pebelajar dengan kondisi eksternalnya, bukan konten pelajaran.
- Pengalaman belajar mengacu kepada belajar melaui perilaku aktif siswa.
- Belajar akan dimiliki oleh siswa setelah dia mengikuti kegiatan belajar-mengajar tertentu.
- Pengalaman belajar itu merupakan hasil yang diperoleh siswa,
- Adanya berbagai upaya yang dilakukan oleh guru dalam usahanya untuk membimbing siswa agar memiliki pengalaman belajar tertentu.
Dalam kaitan ini tentu guru pun ingin mengetahui seberapa jauh siswa telah menguasai pengalaman belajar yang ditentukan dan seberapa besar efektivitas bimbingan yang telah diberikan kepada siswa. Dalam konteks inilah evaluasi pengalaman belajar menjadi sangat penting karena evaluasi pengalaman belajar merupakan proses pengumpulan dan penginterpretasian informasi atau data yang dilakukan secara kontinyu dan sistematis untuk menentukan tingkat pencapaian hasil belajar siswa.
Maka dengan keterangan di atas penulis dapat menyimpulkan perbedaan antara kepernahan belajar dengan pengalaman belajar. Pengalaman belajar dapat membuat orang mendapatkan pelajaran. Sedangkan kepernahan dalam belajar belum tentu bisa membuat orang mendapatkan pelajaran. Karena pengalaman belajar itu adalah salah satu guru yang terbaik. Sebgai mana pepatah mengatakan experience is the best teacher. Jadi semua itu berawal dari pengalaman belajar bukan kepernahan seorang dalam belajar.
KESIMPULAN
Maka dengan keterangan di atas penulis menyimpulkan bahwasanya dalam merencanakan suatu konsep pengelolaan pembelajaran secara efektif harus mempunyai tujuan dalam pembentukan life skill seorang anak didik. Sehingga anak didik tersebut bisa terbekali di kehidupan mendatang. Selain itu juga di perlukan pengalaman pembelajaran. Sehingga semua itu berawal dari suatu pengalaman pembelajaran.
REFERENSI
- www.unodc.org/pdf/youthnet/action/message/escap_peers_07.pdf - Februari 2010
- Syah Darwyn, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, cetakan ke 2, Mei 2007).
- http://zulkarnainidiran.wordpress.com/2008/11/28/pola-pelaksanaan-pendidikan-berorientasi-kecakapan-hidup-life-skill-education/ februari 2010
- Lubis Hadi Satria, Total Motivation, (Yogyakarta: Kelompok Pro-You Media, Cetakan ke 4, februari 2008).
- http://www.psb-psma.org/content/blog/evaluasi-pengalaman-belajar-dalam-pengembangan-kurikulum, Februari 2010-02-20
[1] www.unodc.org/pdf/youthnet/action/message/escap_peers_07.pdf - Februari 2010
[2] Syah Darwyn, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, cetakan ke 2, Mei 2007), hal. 300-303
[3] http://zulkarnainidiran.wordpress.com/2008/11/28/pola-pelaksanaan-pendidikan-berorientasi-kecakapan-hidup-life-skill-education/ februari 2010
[4] Lubis Hadi Satria, Total Motivation, (Yogyakarta: Kelompok Pro-You Media, Cetakan ke 4, februari 2008), hal. 18-19
[5] http://www.psb-psma.org/content/blog/evaluasi-pengalaman-belajar-dalam-pengembangan-kurikulum
0 komentar:
Posting Komentar