Judul : Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam
Penulis : Dr. Ahmad Tafsir
Penerbit : PT Remaja Rosdakarya
Cetakan : Ketujuh, Januari 2007
Tebal : 208 hal
Buku yang ditulis Dr. Muhammad
Tafsir ini, dibagi kepada 13 bab, yang pada pokok pembahasanya mulai dari bab
pertama sampai dengan bab ke-sebelas istilah pendidikan Islam selalu dikaitkan
fungsinya. Pada bab pertama ia menyinggung bahwa penyebab rendahnya mutu
sekolah Islam antara lain :
·
Umat
Islam masih memiliki sifat membelakangkan yang wajib, dan mendahulukan yang
sunnah
·
Kurang
memperhatikan mutu pendidikan Islam
·
Etos
ekonomi belum diubah.
Menurunya juga rendahnya mutu
pendidikan Islam, antara lain disebabkan oleh, sistem manajemennya kurang
diperhatikan. Dampak dari itu semua akhirnya ia mengatakan jumlah lulusan sekolah Islam yang diterima di
perguruan tinggi Negeripun sangat sedikit.
Pada bab kedua tentang Konsep
Pengetahuan dalam Islam, ia mengatakan bahwa pengetahuan dibagi menjadi dua,
yaitu pengetahuan indrawi dan pengetahuan sains. Pada metode sains ada lagi
lanjutan pengetahuannya yaitu
pengetahuan filsafat. Akhirnya ia membagi jenis pengetahuan manusia
kepada tiga bagian, yaitu pengetahuan indrawi, sains, dan filsafat.
Adapun
pengetahuan dalam Islam ia menyebutnya dengan pengetahuan agama yang bersumber
dari al-Qur’an yang dapat difahami secara filsafat, dan dapat pula difahami
secara mistik (menurutnya). Ia menambahkan lagi cara membagi ilmu yang lain,
yaitu dibagi kepada dua bagian :
Pertama, pengetahuan
yang diwahyukan
Kedua, pengetahuan
yang diperoleh atau dicari oleh manusia sendiri.
Pada bab ketiga tentang, Definisi
Ilmu Pendidikan Islam Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa Ilmu Pendidikan Islam
adalah Ilmu yang badasarkan Islam. Yang dirumuskan bedasarkan al-Qur’an, hadits, serta akal yang tidak
boleh bertentangan dengan jiwa al-Qur’an dan hadits tersebut. Namun ia
membedakan antara Filsafat, ilmu, dan Teknik Pendidikan Islam. Pengertian
filsafat menurutnya adalah sejenis pengetahuan manusia yang logis saja, tentang
objek-objek yang abstrak. Sedangkan untuk definisi Ilmu ia mengartikan bahwa
ilmu sejenis pengetahuan manusia yang diperoleh dengan riset terhadap
objek-objek yang empiris; menurutnya juga benar tidaknya suatu teori sains
(ilmu) ditentukan oleh logis-tidaknya dan ada tidaknya bukti empiris.
Pada bab ke-empat yang membahas
depenisi Pendidikan Dalam Islam, ia menjelaskan bahwa pendidikan itu dibagi
kepada dua pengertian sempit dan luas. Sempit berarti mengartikan pendidikan
hanya satu sisi/aspek saja, sedankan arti luas menjabarkan kepada seluruh aspek
pendidikan.
Bedasarkan
definisi itu maka teori-teori pendidikan Islam sekurang-kurangnya haruslah
membahas hal-hal sebagai berikut :
Pendidikan
dalam keluarga :
·
Aspek
jasmani
·
Aspek
akal
·
Aspek
hati
Pendidikan dalam
masyarakat :
·
Aspek
jasmani
·
Aspek
akal
·
Aspek
hati
Pendidikan di
sekolah :
·
Aspek
jasmani
·
Aspek
akal
·
Aspek
hati
Atau dibalik
sebagai berikut :
Pendidikan
aspek jasmani
·
Di
dalam keluarga
·
Di
masyarakat
·
Di
sekolah
Pendidikan
aspek akal :
·
Di
dalam keluarga
·
Di
dalam masyarakat
·
Di
sekolah
Pendidikan
aspek hati :
·
Di
alam keluarga
·
Di
dalam masyarakat
·
Di
sekolah.
Pada bab ke-lima untuk merumuskan
Tujuan Umum Pendidikan Islam, Ahmad Tafsir mengatakan bahwa rumusan Pendidikan
Islam tersebut harus Mengetahui dahulu ciri manusia sempurna menurut Islam.
Untuk Mengetahui ciri manusia sempurna menurut Islam harus diketahui lebih
dahulu hakikat manusia menurut Islam, yang tidak muncul dengan sendirinya.
Manusia
Sempurna Menurut Islam.
Ahmad
Tafsir mengurai ciri-ciri manusia sempurna dalam Islam seperti :
1.
Jasmani
yang sehat serta kuat dan berketerampilan
2.
Cerdas
serta pandai
3.
Rohani
yang berkualitas tinggi/kalbunya penuh iman kepada Allah.
Pada bab ke-enam, tentang Kurikulum
Pendidikan Islam, Ahmad Tafsir tidak membahas secara mendalam, karena
menurutnya pembahasan tentang hal ini sudah banyak buku-buku dalam bahasa
Indonesia yang membicarakan hal ini, menurutnya para pelajar, para pengelola
dan guru pada lembaga pendidikan Islam, sekurang-kurangnya dapat
membandingkannya. Adapun ia sendiri akhirnya mnyimpulkan bahwa kurikulum Islam
sebenarnya adalah kehendak Allah, maksudnya kerangka kurilulum Islam menempati
posisi/otoritas dalam mengatur alam. Adapun kerangka kurikulum tersebut ialah
sebagai berikut :
Ø Tujuan
Ø Isi kurikulum (materi)
Ø Metode
Ø Evaluasi.
Pada bab ke-tujuh, ia membicarakan
tentang definisi guru dalam pendidikan Islam, kemudian juga membicarakan
kedudukan guru dalam Islam yang mana definisi guru menurutnya sama seperti
teori Barat yaitu, siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak
didik, yang mana dalam Islam, orang yang paling bertanggung jawab tersebut
adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik. Adapun Kedudukan Guru dalam
Pandangan Islam menurutnya sebagai realisasi ajaran Islam itu sendiri terhadap
penghormatan kepada ilmu pengetahuan, sehingga guru dan pengetahuannya memiliki
posisi yang tinggi. Bagitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan
kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan nabi dan rasul.
Pada
bab ke-delapan tentang Dana dan Peralatan dalam Pendidikan Islam, ia
menyifatinya secara umum; maksudnya, pembahasan tidak ditujukan khusus kepada
jenis-jenis sekolah tertentu. Yang dibahas adalah dana untuk pengelolaan
sekolah, yang meliputi : peralatan bagi sekolah, dana pengadaan peralatan dan
gaji guru serta petugas sekolah.
Dalam
hal penyekolahan anak Ahmad Tafsir neyarankan agar orang Islam tetap
menyekolahkan anaknya kesekolah-sekolah Islam. Alasannya agar pola fikirnya
tidak rancu.
Pada bab ke-sembilan tentang Profesionalisme
dalam Pendidikan Islam ia mendefinisikan bahwa yang dimaksud Profesionalisme
ialah paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang
yang professional. Orang yang professional ialah orang yang memiliki profesi.
Untuk
dapat disebut sebagai bidang profess ia membuat kriteria sebagai berikut :
1.
Profesi
harus memiliki suatu keahlian yang khusus.
2.
Profesi
harus diambil sebagai pemenuhan panggilan hidup.
3.
Profesi
memiliki teori-teori yang baku secara universal ( dijalani menurut teori-teorinya)
4.
Profesi
adalah untuk masyarakat, bukan untuk diri sendiri
5.
Profesi
harus dilengkapi dengsn kecakapan doagnostik dan kopetensi aplikatif.
6.
Pemegang
profesi memiliki otonomi dalam melakukan profesinya.
7.
Profesi
hendaknya mempunyai kode etik; ini disebut kode etik profesi.
8.
Profesi
harus mempunyai klien yang jelas,
9.
Profesi
memerlukan organisasi profesi
10. Mengenali hubungan profesinya dengan bidang-bidang lain.
Pandangan Islam tentang Profesionalisme.
Criteria
profesi seperti diuraikan di atas dibagi lagi oleh Ahmad Tafsir menjadi dua
kriteria pokok, yaitu :
Panggilan
hidup yang mengacu kepada pengabdian (dedikasi)
Keahlian
mengacu kepada mutu layanan.
Jadi
“dedikasi” dan “keahlian” menurutnya ciri utama suatu profesi; yang mana dengan
jelas Islam mementingkan profesi.
Pekerjaan
(profesi ) menurut Islam harus dilakukan karena Allah. Dalam Islam, setiap
pekerjaan harus dilakukan secara benar.
Cara
menerapkan profesionalisme di Sekolah-sekolah Islam.
Untuk
meningkatkan mutu sekolah-sekolah Islam, yang terpenting ialah penerapan
profesionalisme di sekolah tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar