Akhir-akhir ini banyak sekali pemberitaan media yang meberitakan
terjadinya krisis yang terjadi di amerika, kita sebgai orang awam kadang Cuma
bisa mendengarkan amerika sedang mengalami krisi, akan tetapi kadang kita juga
ga paham apa sebenarnya yang terjadi di Negara adidaya tersebut
Setelah lewat baca-baca banyak tulisan akhirnya aku menemukan sbuah
artikel ayng menjelaskan kronologis kejadian krisis yang terjadi di amerika
serikat tersebut, menurut situs eramuslim.com
kejadian krisis tersebut diulas secara gamblang
Untuk yang males mencarinya berikut ini saya bantu untuk sama-sama
belajar apa yang sebenarnya terjadi di amerika menurut situs tersebut,
“Pada saat umat Islam seluruh dunia mengumandangkan takbir, tahlil, dan
tahmid, menyambut datangnya Idul Fitri, dan hari kemenangan dengan penuh
kegembiraan, di Gedung Putih, Presiden George W. Bush, sibuk dan bingung
menyelamatkan ekonomi Amerika. Bahkan, sebuah media terkemuka, mengutip seorang
ahli ekonomi, yang menganilisis krisis keuangan di Amerika, menyimpulkan bahwa
Amerika sebagai adidaya akan punah. Krisis ekonomi yang disebabkan ambruknya
lembaga keuangan di Amerika, dikawatirkan menuju kearah depresi ekonomi seperti
yang terjadi di tahun l930.
Presiden George W. Bush sempat frustasi ketika mengajukan usulan
mengeluarkan dana talangan (bailout) sebesar 700 milyar dolar di tolak oleh
Kongres (DPR). Penolakan Kongres sempat menyebabkan harga indek Dow Jones
Industrial Average di New York
(DJIA), anjlok tajam, mencapai 778 point. Dan, menyebabkan runtuhnya berbagai
lembaga keuangan di banyak Negara. Meskipun, melalui lobby yang intensif dengan
Ketua Kongres, Nancy Peloci, akhirnya Kongres menyetujui usulan Presiden George
Bush, mengeluarkan dana talangan sebesar 700 milyar dolar. Yang menarik, justru
kalangan Demokrat, memelopori tercapainya dukungan Kongres, dari Republik dan
Demokrat (bipartisan), atas kebijakan Presiden George Bush, yang ingin
menyelamatkan ekonomi Amerika. Tak kurang-kurang Presiden Bush, menyatakan:
“Krisis ekonomi dampaknya dapat mengancam seluruh rakyat Amerika ”, tegasnya.
Menurut pengamat ekonomi dari CSIS, Hadi Susastro, dana talangan 700 milyar
dolar, belum akan menyelesaikan akar masalah.
Situasi krisis ekonomi di Amerika, akibat
ambruknya lembaga-lembaga keuangan di negeri Paman Sam. Warren Buffet, seorang
investor, di Amerika, menggambarkan kondisi
ekonomi di negerinya itu, seperti ketika Jepang menyerang ‘Pearl Harbour’, yang
hancur lebur. Istilah ekonomi ‘Pearl Harbour ’
itu, menggambarkan, bagaimana hebatnya akibat krisis ekonomi di Amerika
sekarang ini. Seorang peraih hadiah Nobel Ekonomi tahun 2001, Joseph Stiglitz
menyatakan, ia tidak kawatir dengan kerugian di Wall Street (investor dan korporasi),
tapi yang ia kawatirkan, di mana lembaga keuangan menghentikan meminjamkan uang
ke sektor riil. Akibatnya, jika hal itu terjadi, akan berhenti produksi dan
pekerja. Dan, keadaannya akan lebih buruk dari resesi, ujar Stiglitz.
Krisis keuangan di Amerika menjadi perhatian seluruh dunia. Termasuk dua
kandidat calon presiden, Mc. Cain (Republik) dan Barack Obama (Demokrat).
Krisis keuangan ini juga menjadi tema kampanye kedua kandidat. Dalam debat
antara Mc.Cain dan Obama, krisis keuangan di Amerika, mendapat perhatian utama
mereka. Mc. Cain dan Obama, keduanya menyetujui kebijakan yang diambil Presiden
George Bush, yang mengeluarkan dana talangan 700
milyar dolar. Tujuannya untuk menyelamatkan lembaga-lembaga keuangan di
Amerika, yang menjadi sumber kehidupan ekonomi kaum Yahudi.
Sejak 2002, sudah lebih 45, bank di Amerika, yang bangkrut, dan ditutup.
Puncaknya lembaga keuangan terbesar keempat di
Amerika, Lehman Brothers, yang menghadapi kesulitan likuiditas, yang
akhirnya bangkrut, dan ditutup. Karena pemerintah Amerika, melalui Bank Sentralnya
(The Fed) menolak membantu mengeluarkan dana talangan, guna menyelamatkan
lembaga keuangan itu. Karena, Lehman Brothers, banyak membantu dana kampanye
Obama (Demokrat). Lehman Brothers adalah usaha dagang yang mula-mula didirikan
oleh keluarga keturunan Yahudi Jerman, yang berimigrasi ke Amerika, dan menetap
di Alabama .
Tiga bersaudara berdarah Yahudi, yang mula-mula mendirikan perusahaan dagang,
kemudian berubah menjadi lembaga financial, yang dikenal dengan ‘Lehman
Brothers’.
Sesungguhnya, yang terjadi sekarang di
Amerika, adalah hancurnya sistem keuangan riba, yang menjadi sumber kehidupan
kaum Yahudi. Ekonomi kapitalisme adalah ekonomi riba, yang menjadikan uang,
bukan lagi sebagai alat tukar, tapi sudah diperdagangkan. Ekonomi kapitalisme dengan
bertumpu pada riba ini, menjadi sangat rakus, dan menghancurkan. Menurut Faisal
Basri, kapitalisme mutakhir yang digerakkan sektor keuangann
(financially-driven) tumbuh pesat sangat luar biasa, sejak awal dasa warsa
1980an. Transaksi di sektor keuangan tumbuh meroket ratusan kali lipat,
dibandingkan dengan nilai perdagangan dunia. Di negara-negara maju, lalu lintas
modal bebas bergerak. Praktis tanpa pembatasan. Sementara, semakin banyak
negara-negara berkembang yang mengikuti. Uang dan instrument keuangan lainnya
tak sekedar sebagai penopang sektor produksi riil, melainkan telah menjelma
sebagai komoditas perdagangan, diternakkan beranak-pinak, berlipat ganda dalam
waktu singkat. Produk-produk keuangan dengan berbagai macam turunannya
menghasilkan ekspansi kapitalisme dunia yang semu, ungkapnya. (Kompas,
6/10/2008).
Awal krisis, akibat kebijakan ekonomi
Presiden George W. Bush, yang bertahun-tahun membiayai perang Iraq, membiayai
perang melawan terorisme, membiarkan defisit anggaran (APBN) terus
menggelembung, dan dalam waktu yang sama mengalami defisit perdagangan luar
negeri. Di sisi lainnya, tabungan rakyat Amerika sudah minus, melampui dengan
yang dibelanjakan (disposable income). Guna membiayai ekonomi yang sangat
boros, Presiden Bush, terus meningkatkan utangnya, yang semakin menggelembung,
yang mencapai jumlah trilyunan dolar. Kondisi inilah yang mendorong kehancuran
ekonomi Amerika
Kondisi ini ditambah sikap rakus para ekskutif korporasi di Amerika, yang
mereka mengejar bonus, besar-besaran. Tanpa menyadari dampaknya. Korporasi di
Amerika yang menerima pinjaman global telah menanamkan modalnya di sektor
perumahan, yang kini tak laku, dan nilai harganya turun drastis. Keadaan ini
seperti yang terjadi di kawasan Asia di tahun
l990an, yang meminjamkan dana ke sektor perumahan (properti), yang jumlahnya
sangat fantastis. Di sisi lain, terjadi praktik penipuan yang dilakukan para
ekskutif di Amerika, yang tergiur iming-iming bonus besar, yang mereka
menyalurkan pinjaman besar-besaran ke sektor properti. Praktek ini menurut
Avery Goodman, ahli pasar uang Amerika, sudah terjadi sejak periode 200l-2007.
Lehman Brothers hanyalah salah satu kasus, korban dari kerakusan para ekskutif.
Para ekskutif korporasi Amerika tidak menaruh
perhatian posisi keuangan korporasi, tapi membiarkan perusahaan terjerat utang.
Maka,kehancuran sudah di depan mata.
Namun, kehancuran ekonomi Amerika ini, tak terlepas dari peran Bank
Sentral Amerika (The Fed), di mana lembaga yang memiliki otoritas keuangan ini,
berkomplot dengan sejumlah ekskutif Yahudi, yang memegang korporasi di Amerika,
di mana saat korporasi keuangan melakukan jor-joran menyalurkan kredit ke
sektor properti dan sudah gagal bayar, justru The Fed menurunkan suku bunga.
Bahkan,sesudah krisis terjadi The Fed masih terus memasok dana kepada
korporasi. Ketika perusahaan Lehman Brothers bangkrut, terbongkar kasus ketika
Lehman Brothers mendapatkan pinjaman 10 milyar dolar dari Bank Sentral New York
yang dipimpin Timothy Geithner, padahal Lehman sudah tidak mampu memenuhi kewajiban
membayar (insolvent).
Tanda-tanda kehancuran ekonomi Amerika sudah didepan mata. Krisis ini
tidak hanya terjadi pada pasar modal, pasar surat utang, dan sektor perumahan, yang juga
mengalami penurunan secara drastis. Ratusan ribu orang kehilangan pekerjaan,
sejak terjadinya krisis keuangan. Akibat lembaga-lembaga keuangan di Amerika
tutup. Ditambah pertumbuhan ekonomi di Amerika minus. “Kita telah melihat data
yang memburuk di depan mata, yang belum pernah terjadi sepanjang sejarah
Amerika, dan ini mengawali kondisi yang buruk”, ujar Piere Ellis, seorang
ekonom di New York .
Sebuah Koran The Pheladelphia Inquirer, yang terbit 30/9/2008, dalam
sebuah artikelnya berjudul: “US Crisis Puts Global Standing in Peril”,
menyebutkan krisis keuangan tidak saja menguras keuangan, dan dana pensiunan
yang lenyap, tapi krisis keuangan ini akan berdampak bagi kepemimpinan Amerika.
The Pheladelphia juga menyatakan, sejak Perang Dingin, Amerika menjdi kekuatan
militer terbesar di dunia, menjadi kekuatan ekonomi terbesar di dunia, dan New
York adalah pusat keuangan yang paling berpengaruh di dunia, serta dolar
memiliki status sebagai nilai tukar internasioal, tapi dengan krisis yang
terjadi sekarang, posisi Amerika sebagai adidaya akan terancam punah.
Daya krisis keuangan Amerika sekarang ini,lebih dahsyat, dibandingkan
dengan invasi militer ke Iraq .
Bahkan, dolar Amerika sudah mulai ditinggalkan,
beberapa negara tidak lagi menggunakan dolar, seperti Amerika Latin, Timur
Tengah, Uni Eropa, dan beberapa Negara Asia. Inilah akhir perjananan
kapitalisme global. Satu setengah dekade, sejak runtuhnya Soviet, sebagai
imperium, kini nampaknya kapitalisme global, yang dipimpin Amerika sebagai
sistem idelogi dan ekonomi, diambang kehancuran.
Sangat ironis. Masih banyak para pemimpin Islam, yang berwatak dan
bermental inferior. Mereka masih mendewakan Barat, sebagai kiblat mereka.
Mereka masih memberikan loyalitasnya kepada Amerika. Mereka tidak hanya
menjadikan Amerika sebagai partner strategisnya, tapi menjadikan Amerika sebagai
‘tuannya’, sebagai ‘doronya’, bahkan menyerahkan ‘hidup dan matinya’ kepada
negara yang sudah bangkrut yaitu Amerika. Materialisme yang bersumber dari para
pengikut penyembah ‘sapi emas’, kaum Yahudi sudah berakhir. Tak ada lagi yang
layak dimitoskan. Karena nilai dan sistem yang mendasari kehidupan mereka
adalah kebathilan.
Mestinya para pemimpin Islam mencari solusi
dan alternative atas situasi krisis global sekarang ini. Bukan justru mereka
ramai-ramai meninggalkan nilai dan prinsip-prinsip Islam. Dan, menjadikan
nilai-nilai sekuler dan materialism yang menjadi dasar kehidupan mereka. Umat
manusia mengharapkan solusi dan alternative. Bukan orang-orang yang hanya bisa
mengekor dan mengejar kehidupan dunia, yang sudah diambang kehancuran, yaitu
kapitalisme global”
Nah dengan sedikit penjelasan tersebut semoga kita ngerti permaslahan
yang terjadi dan mampu menyikapai krisis amerika tersebut agar tidak berimbas
ke indonesia
dan tidak menjadikan indnesia mengalami krisis lagi sepertia tahun 2008 yang
lalu
0 komentar:
Posting Komentar