Aqidah Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad bin ‘Arabi Abu Bakr al
Hatimi .atau lebih dikenal dg nama Ibnu ‘Arabi . Lahir tahun 560 H di Andalusia
& meninggal tahun 638 H. Menurut adz Dzahabi, ia (Ibnu 'Arabi) sebagai
kiblat orang-orang yg menganut paham aqidah wihdatul wujud.
Keyakinan
wihdatul wujud, merupakan pemahaman ilhadiyah (kufriyah) yg muncul setelah
dipenuhi dg keyakinan hulul. Yaitu, dalam istilah Jawa disebut manunggaling
kawula lan gusti. Artinya, bersatunya makhluk dg Tuhan
Menurut Ibn Arabi, Semua wujud yang
ada adalah satu sedangkan yang bermacam-macam dalam alam ini sebenarnya adalah ilusi belaka karena
keterbatasan akal manusia
Maka dari itu Sesungguhnya alam tidak diciptakan dari tidak ada tetapi
ia diciptakan dari sesuatu yang telah ada
jadi alam yang dimaksud alam itu kekal dan tidak berakhir
Menurut peryataan ibnu arabi tentang
hakikat wujud :“ kemudian rahasia
dibalik masalah ini ialah karena al mumkinat (alam) asalnya dari tidakada,
tidak ada wujud disana kecuali wujudnya. Al-haqq (allah ) dengan bentuk yang
ada pada diri al-mumkinat dan apa yang Nampak dari padanya”
Dalam hadist yang artinya “ aku
adalah perbendaharaan (dilihat yang tersembunyi ) yang tak dikenal, maka aku
ciptakan makhluk denganya mereka mengetahuiku” Jadi allah berkeinginan
untuk dilihat sebagai bukti asmanya dan sifatnya melalui alam. Dan hakikat
wujub itu hanyalah satu dalam subtansinya dan dhatnya, maka alam ketika dilihat
dari segi hakikatnya dhatnya adalah yang haqq dan ketika dilihat dari segi
sifatnya adalah ciptaanya
Menurut beliau penyembahan disini
berbeda dengan penyembahan yang dipahami oleh kebanyakan orang dan dilakukan
dalam tradisi agama. Al-ma’bud menurutnya adalah satu subtansi yang azali
(kekal) meliputi bentuk yang ada(al-wujud) . setiap bentuk dari seluruh bentuk
menjelaskan tentang ketuhanan allah. Setiap yang disembah mempunyai wajh dari
sekian wajahnya. Kemana pun engkau menghapad disana ada wajh allah walau bila
pun engkau menyembah sesungguhnya engkay hanya menyembahnya didalam surat
al-baqorah surat 115: "Maka kemanapun
kamu menghadap di situlah wajah Allah"
Jenis ibadah
yang paling tinggi dan yang paling benar adalah merealisasikan al-wahdah
al-dhatiyah antar penyembah dan yang disembah atau secara perasaan mengimplementasikan bahwasanya
engkau adalah dia dan dia adalah engkau ; engkau adalah dia dari segi bentukmu,
dari itu engaku menghajatkan tempat dan sesuatu, dan dia adalah engkau dengan
jatidiri dan substansimu, sesungguhnya dia melimpahkan wujub kapada engkau dari
wujudnya.seperti didalam hadist
مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ
"(Barangsiapa
mengenal dirinya, sungguh ia telah mengenal Rabb-nya)"
Kesimpulan
Dari sini tampak jelas bahwa konsep
tauhid ibn arabi yang membahas tauhid rububiyyah dari satu segi kelihatanya
bertentangan dengan akidah islam Adanya
perbedaan pendapat antara ahli sunnah wal jama’ah dan ibn arabi dari segi wujud
allah dan wujud alam.
- Menurut Ahlu Sunnah Wal Jama’ah “ adanya dualism kewujudan yaitu allah dan alam. Ini karena makhluk adalah makhluk dan tuhan adalah tuhan. Yang keduanya adalah berbeda.
- Menurut Ibn Arabi “kewujudan itu hanyalah satu yaitu wujudunya allah saja dan wujud alam adalah khayfi. Maka dapat disimpulkan bahwa ibn arabi menolak dualisme dan membolehkan seseorang menyembah segala bentuk macam sesembahan
Referensi
·
Tahqiq Abu Abdillah, “Ar Risalah ash Shafadiyah, Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah” (728 H Riyadh, Cetakan I, Th. 1423H.
·
Zarkasyi, Amal Fatullah” Aqidah
Tauhid,”cet 1, Darussalam press,
2010.
·
http://luruskan354.blogspot.com/2011/05/hakikat-keyakinan-wihdatul-wujud-dan.html
·
http://ibnuramadan.wordpress.com/2011/03/29/wihdatul-wujud/
0 komentar:
Posting Komentar