TUTORIAL KOMPUTER
  • 10 Virus Komputer Paling Mematikan Di Dunia
  • Kunci Mempercepat Acces Komputer
  • MENGENAL SISTEM KOMPUTER
  • Sejarah Perkembangan Komputer
  • Informasi computer terkini
  • Mengenal System Software
  • Mengupas Masalah Motherboard
  • Mengupas Detail Tentang CPU
  • Kode Mempercepat Editing Paragraf
  • Memproteksi Folder Dengan Password
  • Macam-Macam Perintah Pada Run Commands
  • Mempercepat Waktu Shutdown
  • Ubah Tampilan Windows
  • Kode Akses Siemens
  • Kode Akses Samsung
  • Kode Akses Sony Ericsson
  • Kode Akses Nokia
  • Seni Photoshop ( Angan Merokok )
  • Menyembunyikan Menu Help Pada Start Menu
  • Menyembunyikan Menu Document Pada Start Menu
  • Menyembunyikan menu Find pada Start Menu
  • Mengembalikan Folder Documents Yang Hilang
  • Memproteksi File
  • Mengganti Icon Drive
  • Mengganti Alignment Pada Drop Down Menu
  • Disable Klik Kanan Pada Taskbar
  • Disable Klik Kanan Pada Dekstop & Explorer
  • Menyembunyikan Menu Start Menu
  • Persentasi Antara Flash Dan Power Point
  • Mengganti Screen Saver Lewat Registry
  • Menghilangkan Username Pada Start Menu
  • Menampilkan Administrator Di Welcome Screen
  • Menyembunyikan My Recent Documents
  • TUTORIAL HACKER
  • Bad Unicode
  • Cara Skip Win Registrasi XP
  • Craking Dengan F.A.R.A.B.I
  • DoS, Serangan yang Belum Tertangkal
  • Hack Dan Prinsip Dasar Psikologis Hack
  • Hacking NT Server Melalui Remote Data Service
  • 95% Web Server Di Dunia has been dead
  • Hacking Web Site with cart32.exe installed
  • Konsep Lain Menjebol Server Webfroot Shutbox
  • Istilah Teknologi Informasi Bahasa Indonesia
  • Mendapatkan account ISP gratis!
  • Mendapatkan Serial Number WinZip 8.1
  • Menghilangkan Password Bios
  • Mengintip Password Linux
  • Menjebol Apache Web Server Melalui Test-Cgi
  • Menjebol Server Melalui Service FTP
  • Pembobolan 1000 Kredit Card di Step-up
  • Penjebolan Server Melalui FTP
  • Hati-hati DLM Mengetikkan Klikbca.Com
  • VIRUS M HEART
  • Bongkar Password Microsoft Acces
  • BUG TELKOMSEL & (FREE Phone ke-CYPRUS
  • Cara Efisien Mendapatkan Puluhan Ribu Email
  • Cara Sederhana membuat virus PHP
  • Cara Singkat Menginfeksi Openssh-3.4p1 Z
  • Cracking GateKeeperm
  • HACKING FOR BEGINNER
  • Hack Windows NT2000XP Admin Password
  • Melewati pembatasan hak akses warnet
  • Melindungi Data dari SQL Injection
  • memainkan fungsi tombol HP
  • Membedah Teknik SQL Injection
  • Bongkar key Windows Dengan @ stake LC4
  • Meminimalkan Biaya Saat menelpon Di Wartel
  • Menangani Virus Lohan
  • MENGACAK-ACAK REGISTRY WARNET
  • Mengelabui Pengejar Hacker
  • Meng-Hack Pesawat Telepon Yang Terkunci
  • Meng-hack PHP-BUg's
  • Kelemahan pasword & login yahoo pd Cgi
  • Trik Penjebolan Sites
  • Ragam Hacking Menggunakan Google
  • Rahasia Teknik Serangan SQL Injenction
  • Teknik Pembuatan Virus Makro Pd XP
  • Seni Internet, Googlingg
  • Situs Hacker Yang Ikut Bermasalah
  • Teknik Hacking Situs KPU Dr segla arah
  • Teknik Menyusup Ke TNP Center KPU
  • Tip N Trik Telephon Gratis Musso
  • Trik Mereset Password Windows 9x
  • TUTORIAL BLOG
  • Menuliskan Script di Blog
  • Membuat Artikel Terkait/Berhubungan
  • Membuat Feed di Blog Dengan Javascript
  • Membuat Navigasi Breadcrumb di Blog
  • Membuat Meta Deskripsi di Halaman Blog
  • Membuat Readmore Versi 1
  • Membuat Read More Otomatis di Blog
  • Membuat Read More Versi 2
  • Membuat Tabs Menu Horizontal
  • Membuat Menu Tab View
  • Membuat Menu Vertikal
  • Cara Memasang Musik Pada Blog
  • Membuat Template Blog Hasil Buatan Sendiri
  • Buat Threaded Comment dgn Intense Debate
  • Membuat Menu DTree
  • Membuat Tab Menu Dengan Banyak Style
  • Menambah Toolbar Baru di Blogspot
  • Cara Membuat Tabel di Blog
  • Cara Membuat Tulisan Berjalan
  • Melakukan Backup Website atau Blog
  • Mendapatkan Free Hosting
  • Membuat Widget Status Twitter pada Blog
  • Manampilkan Profil Facebook di Website (blog)
  • Membuat Avatar Komentar Pada Blogger
  • Membuat Halaman Contact Me pada Blogspot
  • Cara Membuat Status Yahoo Messenger di Blog
  • Mendapatkan Layanan Google Friend Connect
  • Membuat Nomor Page Posting Di Blog
  • Tips dan Trik Menambah Kolom Di Blog
  • Mengatasi "Invalid Widget ID" pada Blogger
  • Membuat Slide Show Album Foto di Blog
  • Membuat Kotak Komentar dibawah Posting
  • Cara Membuat Kotak Link Exchange
  • Membuat Link Download
  • Cara Membuat Dropdown Menu
  • Cara Membuat Buku Tamu
  • Trik Memproteksi Blog
  • Cara Membuat Search Engine
  • Membuat Kategori / Label di Blogger
  • Menghilangkan Navbar (Navigation Bar)
  • Memasang Emoticon di Kotak Komentar
  • Menambah Emoticon di Shoutbox
  • Pasang Jam di Sidebar
  • Memasang Pelacak IP Address
  • Mengganti Tulisan "Older Post / Newer Post"
  • Memasang Alexa Traffic Rank
  • Memasang Tombol Google Buzz
  • Cara Membuat Cursor Animasi
  • Menyembuyikan Buku Tamu
  • 5 Cara Terbaik Mendapatkan Uang Dari Blog
  • Blogging Cepat Dengan BlogThis!
  • 21 Posts Separator Images
  • Mengganti Link Read More Dgn Gambar
  • Cara Menampilkan 10 Artikel Di Recent Posts
  • Offline Blogging Dgn Windows Live Writer
  • Cara Memasang Jadwal Sholat
  • Cara Membuat Daftar Isi Blog Otomatis
  • Membuat Daftar Isi Blog Manual
  • Iklan Google Adsense Di Tengah Artikel
  • Membuat Link Warna - Warni
  • Meletakkan Widget Di Bawah Header
  • Membuat Kotak Scrollbar
  • Memasang Video Di Artikel
  • Kode Warna HTML
  • Home » » ILMU - ILMU SOSIAL

    ILMU - ILMU SOSIAL


    Tidak kurang dari 400 tahun dunia keilmuan berada dalam dimensi dan otoritas paradigma positivisme dan tidak hanya dalam ilmu alam akan tetapi juga dalam ilmu sosial bahkan ilmu humanistik. Positivisme merupakan aliran epistimologi  yaitu pengetahuan diperoleh dengan testable, prediksi, obserfasi, analisis itu tugas utama yang di usung oleh positivisme  merupakan problem methodologi.
    August Comte, perintis pontuisme, lebih tajam lagi menyelaraskan istilah positivisme dengan membuat beberapa distengsi antara yang nyata dengan yang hayal, yang pasti dengan yang meragukan, yang tepat dengan yang kabur, serta yang berguna dan yang sia-sia[1]  dengan patokan-patokan yang factual pada pengetahuan positivisme, obektif jika faktanya adalah gejala kehidupan material ilmu pengetahuan adalah biologi, jika fakta-fakta itu benda mati maka ilmu ilmu pengetahuan adalah fisika.
    Gagasan Comte tentang ilmu positif mencapai puncaknya dalam pengetahuan ilmiah yang dimotori oleh kelompok Lingkaran Wina (Vienna Circle)  di abad ke 20, dan secara umum pandangan mereka dapat disederhanakan sebagai berikut:
    a.    Mereka menolak perbedaan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu social.
    b.    Menganggap pertanyaan-pertanyaan yang tak dapat diverifikasi secara empiris.
    c.    Berusaha menyatukan semua ilmu pengetahuan didalam satu bahasa ilmiah yang universal (unified science)
    d.   Memandang tugas filsafat sebagai analisis atas kata-kata atau pertanyaan-pertanyaan.[2]
    Positifisme menerapkan metodologi ilmu-ilmu social, pandangan ini beranggapan bahwa ilmu-ilmu social modern menganut tiga prinsip: bersifat empiris-objektif, deduktif-nomologis, instrumental-bebas nilai. Menurut Anthony Giddens, ketiga asumsi positivistis ilmu sosial ini membawa implikasi sebagai berikut:
    1.    Prosedur-prosedur metodologis ilmu-ilmu alam dapat langsung diterapkan pada ilmu-ilmu social.
    2.    Hasil-hasil riset dapat dirumuskan dalam bentuk hukum-hukum seperti dalam ilmu alam.
    Ilmu-ilmu sosial itu harus bersifat teknis, yaitu menyediakan pengetahuan yang bersifat instrumental murni.
    Persoalan seruis yang selalu menarik perhatian dalam diskusi-diskusi ilmu sosial adalah soal objek obserfasinya yang berbeda dengan objek ilmu alam  yaitu masyarakat dan manusia sebagai makhluk histories, berbeda dengan proses-proses sosial alam yang dapat diprediksi dan dikuasai secara tekhnis, proses-proses sosial terdiri dari tindakan-tindakan manusia yang tidak dapat begitu saja di prediksi apalagi di kuasai secara tekhnis.
    Problematika positivisme ilmu-ilmu sosial, yang menghilangkan peran subjek semacam ini, sudah tentu tidak dapat dipecahkan dengan menghidupkan kembali epistemology kuno ala Kant, hal inilah yang mendorong munculnya upaya untuk mencari dasar dan dukungan methodologis baru bagi ilmu sosial dalam proses keilmuan dengan mengembalikan peran subjek ke dalam proses keilmuan. Setidaknya ada tiga pendekatan yang sama-sama mengatasi positifisme dalam ilmu-ilmu social dengan menawarkan metodologi baru yang lebih memposisikan subjek yang menafsirkan objeknya sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam proses keilmuan, yaitu Fenomenologi, Hermeneutika, dan Teori Kritis (Critical Theory).
    A.  FENOMENOLOGI
    Istilah fenomenologi berasal dari kata Yunani: phainestai yang berarti “menunjukan dan menampakkan dari sendiri”. Sebagai aliran epistimologi, fenomenologi dikenalkan oleh Edmund Husserl (1859-1938). Secara umum pandangan fenomenologi ini bisa dilihat pada dua posisi, yang pertama ia merupakan reaksi terhadap dominasi positifisme sebagaimana digambarkan diatas, dan yang kedua, ia sebenarnya sebagai kritik terhadap pemikiran kritisisme Imanuel Kant, terutama konsepnya tentang fenomenon-nomenon.
    Menurut Immanuel Kant, manusia hanya dapat mengenal fenomena-fenomena yang nampak dalam kesadaran bukan noumena yaitu realist diluar (berupa benda-benda atau yang nampak tetap menjadi objek kesadaran kita) yang kita kenal. Kant sebenarnya mengakui adanya realitas external yang disebut dengan das Ding an Sich,[3] atau noumena, tetapi manusia tidak ada sarana ilmiah untuk mengetahuinya. Sebagai reaksi terhadap pemikiran sebelumnya, berikut ini akan dibahas dua pandangan fenomenologi yang cukup penting, yaitu prinsip Epoche dan Eidetic Vision, dan Konsep Dunia-Kehidupan (Lebenswelt).
    1.    Prinsip Epoche dan Eidetic Vision.
    Menurut Husserl, tugas fenomenologi adalah menjalin keterkaitan manusia dengan realitas. Berbada dengan Kant, Hesserl menyatakan, yang disebut fenomena adalah realitas itu sendiri yang nampak setelah kesadaran kita cair dengan realitas. Fenomenologi Husserl justru bertujuan mencari yang essensial atau edios (esensi) dari apa yang disebut dengan fenomena.
    Kata epoche berasal dari bahasa Yunani, yang berarti: ''menunda putusan'' atau ”mengosongkan diri dari keyakinan tertentu”. Epoche juga bisa berarti tanda kurung (breaketing) terhadap setiap keterangan yang diperoleh dari suatu fenomena yang tampil, tanpa memberikan putusan yang benar salahnya terlebih dahulu.
    Metode epoche merupakan langkah pertama untuk mencapai esensi fenomena dengan menunda putusan lebih dahulu. Langkah kedua, Husserl menyebutnya dengan eidetic vision atau membuat ide (ideation). Eidetic vision ini juga disebut ''reduksi'', yakni menyaring fenomena untuk sampai ke iedios-nya, sampai ke intisarinya atau yang sejatinya (wesen).  Hasil dari proses reduksi ini disebut wesenschau, artinya sampai pada hakikatnya.
    Menurut G. van der Leeuw, fenomenologi mencari atau mengamati fenomena sebagaimana yang tampak. Dalam hal ini ada tiga prinsip yang tercakup didalamnya, yaitu:
    1)  Suatu itu berwujud.
    2)  Sesuatu itu tampak.
    3)  Karena suatu itu tampak dengan tepat maka ia merupakan fenomena.
    2.    Konsep ''dunia-Kehidupan'' (Lebenswelt)
    Untuk usaha memperluas konteks ilmu pengetahuan atau membuka jalur metodologi baru bagi ilmu-ilmu social serta untuk menyelamatkan subjek pengetahuan, konsep ini sangat penting artinya. Menurut Husserl dunia-kehidupan bisa dipahami kurang lebih, dunia sebagaimana manusia menghayati dalam spontanitasnya, sebagai basis tindakan komunikasi antar subjek. Edmund Husserl dalam bukunya yang termasyhur menyatakan bahwa konsep dunia kehidupan merupakan konsep yang dapat menjadi dasar bagi ilmu pengetahuan yang tengah mengalami krisis akibat pola fikir positivistik dan saintifik katanya dunia kehidupan adalah dasar makna yang dilupakan bagi ilmu pengetahuan.
    Konsep dunia-kehidupan ini dapat memberikan inspirasi yang sangat kaya kepada ilmu-ilmu social, karena ilmu-ilmu ini menafsirkan suatu dunia, yaitu dunia social. Itulah yang dilakukan Alferd Schutz sebagai suatu sosiologi inspiratif dengan pendekatan fenomenologi. Pendekatan ini bertentangan dengan Max Weber. Penetapan semacam itu sudah sering sekali didiskusikan sebagai suatu perdebatan metode (metho-donstreit). Yang mencari distingsi metodologis ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu social. Yang terkenal disini adalah distingsi yang dibuat oleh pemikir neo-Kantianisme, misalnya Windelband yang membedakan ilmu-ilmu alam sebagai ilmu-ilmu nomotetis (menghasilkan hukum-hukum) dan ilmu-ilmu social sebagai ilmu-ilmu idiografis (melukiskan keunikan), dan distingsi serupa diperdalam oleh Dilthey yang membedakan metode-metode Verstehen (memahami) dari ilmu-ilmu budaya (Geistes-wissenschaften) dan Erklaren (menjelaskan) dari ilmu-ilmu alam (Naturwissenchaten).
    B.     HERMENEUTIKA
    Hermeneutika merupakan salah satu diantara beberapa teori yang menawarkan pendekatan baru dalam ilmu-ilmu social, pemikiran hermeneutika social ini dikembangkan oleh Friederich Schleier-macher (1768-1834), Wilhelm Dilthey (1833-1911), dan Gadamer (1900-), dan lain-lain. Istilah hermeneutika berasal dari kata Yunani: hermeneuein, diterjemahkan ''menafsirkan'', kata bendanya: hermeneuein dipakai dalam tiga makna yaitu: mengatakan (to say), menjelaskan (to explain), dan menerjemahkan (to translate). Dari tiga makna ini, kemudian dalam kata Inggris diekspresikan dengan kata: to interpret. Dengan demikian perbuatan interprestasi menunjukan tiga hal pokok:
    a.    Pengucapan lisan (an oral recitation)
    b.    Penjelasan yang masuk akal (a reasonable explanation).
    c.    Dan terjemahan dari bahasa latin (a translation from another language) atau mengespresikan. 
    Menurut istilah, hermeneutika bisa dipahami sebagai: ''the art and science of interpreting especially authoritative writing; mainly in application to sacred, and equivalent to exegesis[4] (seni dan ilmu menafsirkan khususnya tulisan-tulisan berkewenangan, terutama berkenaan dengan kitab suci dan sama sebanding dengan tafsir).
    Istilah hermeneutika sering berhubungan dengan nama Hermes, tokoh dalam mitos Yunani yang bertugas menjadi perantara antara dewa Zeus dan manusia.[5] Dikisahkan pada suatu hari Hermes harus menyampaikan pesan dari Zeus kepada manusia, tetapi Hermes dilibatkan dengan persoalan, yaitu: bagaimana bahasa Zeus yang menggunakan bahasa langit bisa dipahami manusia yang menggunakan bahasa bumi? Akhirnya dengan kepintaranya dia bisa menerjemahkan bahasa Zeus kedalam bahasa manusia sehingga menjelma menjadi sebuah teks suci.
    Dalam perkembanganya, hermeneutika terdapat beberapa pembahasan. Josep Bleicher membagi pembahasan hermeneutika menjadi tiga yaitu :
    1.        Hermeneutika sebagai sebuah metedeologi.
    2.        Hermeneutika sebagai filsafat.
    3.        Hermeneutika sebagai kritik.[6]
    Sedangkan Richard E. Palmer menggambarkan perkembangan pemikiran hermeneutika menjadi enam pembahasan, yaitu:
    a.         Hermeneutika sebagai teori penafsiran kitab suci.
    b.        Hermeneutika sebagai metode filologi.
    c.         Hermeneutika sebagai pemahaman linguistik.
    d.        Hermeneutika sebagai fondasi dari ilmu-ilmu sosial-budaya (geisteswissenschaft).
    e.         Hermeneutika sebagai fenomenologi desain.
    f.          Hermeneutika sebagai system interprestasi.[7]
    Karena pembahasan hermeneutika ini sangat luas dan kompleks, maka pembahasan pada kali ini hanya akan dikaji sebagian saja.
    Sebagai Pendekatan dalam Ilmu-ilmu social
    Fokus utama problem hermeneutika social adalah terutama untuk menerobos otoritas paradigma positifisme dalam ilmu-ilmu social dan humanisties. Wilhelm Dilthey yang mengajukan sebuah dikotomi[8] antara methode erklaern untuk ilmu-ilmu alam (naturwissenchften) dan methode versthen untuk ilmu-ilmu sosial, sudah disebutkan, sebagai sebuah pendekatan dalam ilmu social, hermeneutika tidak bisa dipisahkan dengan pendekatan sebelumnya (fenomenologi) keterkaitan antara keduanya tampak jelas terutama pada filsafat Heidegger, kutipannya: "Makna methodologis dari deskripsi fenomenologi adalah penafsiran logos dan fenomenologi Desain memiliki ciri hermenuein…Fenomenologi Dasain adalah hermeneutic dalam pengertian asli kata itu, menurut pengertian pokoknya yaitu kesibukan penafsiran.
    Dengan demikian hermeneutika merupakan penafsiran atas dunia kehidupan social ini, jelasnya apa yang ada dalam fenomenologi adalah kesadaran yang mengkonstitusi (membentuk) kenyataan dan kemudian dalam hermeneutic ditunjukan dalam pengertian kata hermeneutik itu tersendiri (yakni penafsiran) adalah menunjukan peranan subjek dalam kegiatan pengetahuan.
    1.    F.D.E Schleiermacher dan Wilhelm Dilthey
    Dalam sejarah hermeneutika, dua filsuf ini biasanya dikenal dengan filsuf romantik atau hermeneutika romantik, karena kecenderungan pemikirannya yang selalu melihat kemasa lampau. Agar bisa mengerti suatu teks dri masa lampau, teks sejarah misalnya, orang harus keluar dari zamannya dan bangun kembali masa lampau ketika pengarang teks itu hidup sehingga dapat dikenali dengan baik suasana penulisnya.
    Menurut Schleiermacher, ada dua tugas dari hermeneutika, yaitu interprestasi gramatikal dan interprestasi psikologis. Aspek gramatikal merupakan syarat berfikir setiap orang, sedang aspek psikologis memungkinkan seseorang menangkap cahaya pribadi penulisa[9] Berbeda dengan Schleiermacher, Wilhelm Dilthey (1833-1911) mengatakan bahwa meskipun orang tidak dapat mengalami secara langsung (erleben) peristiwa-peristiwa dimasa lampau, tetapi ia dapat membayangkan bagaimana orang-orang dulu mengalaminya (nacherleben)[10] 
    Meski ada perbedaan pandangan, namun baik Dilthey maupun Schleiermacher sama-sama mempertahankan pendapat bahwa hermeneutik berarti menafsirkan secara produktif. Dalam arti penafsiran merupakan sebuah kerja produktif mencoba memahahi sebagaimana dulu pernah dipahami.
    Menurut Dilthey, sistem-sistem kemasyarakatan sifatnya adalah eksternal, karena ditentukan oleh ruang dan waktu, seperti organisasi, sosial politik, ekonomi, militer, bahkan organisasi keagamaan. Semua organisasi tersebut mengandung nilai yang didasarkan atas kebudayaan, misalnya bahasa, filsafat dan seni. Sementara sistem individual pada dasarnya merupakan produk sistem yang telah diresapi oleh manusia. Dengan demikian, hanya pengetahuan tentang sistem eksternal sajalah yang mampu meraih interprestasi tentang situasi historis setiap individu.[11]
    Begitulah bila kita ingin memahami sebuah segmen dunia-sosial, misalnya penghayatan agama dikalangan kelas bawah, kita harus memahami dahulu berbagai kompleksitas di sekitar penghayatan agama itu, misalnya kehidupan budaya, ekonomi sosial dan juga hubungannya dengan kelas-kelas sosial lain, begitu juga dengan memahami masyarakat.
    2.    Hans-George Gadamer
    Pemikiran hermeneutika Gadamer tidak bisa dilepaskan dari pemikiran Heidegger, senior dan gurunya, yang pemikirannya dikenal dengan sebutan fenomenologi dasein. Menurut Heidegge hermeneutika berarti penafsiran terhadap esensi yang dalam kenyataanya selalu tampil dalam eksistensi. Sehingga suatu kebenaran tidak lagi ditandai oleh kesesuaian antara konsep dan realita objektif, maka menurut hermeneutika bukan sekedar methodology filologi[12], akan tetapi merupakan ciri hakiki manusia.
    Dominasi positivisme dalam ilmu social, memang untuk beberapa hal dapat diatasi oleh hermenutika Romantik, namun bagi Gadamer merupakan hal yang mustahil orang bisa meningalkan prasangka-prasangkanya, begitu pula dalam pandangan Gadamer ada empat factor yang terlibat dalam proses interpretasi (a) Bildung, yakni pembentukan jalan fikiran, (b) Sensus Communis istilah ini digunakan oleh Gadamer bukan dalam pengertian pendapat umum,tetapi sebagai pertimbangan praktis yang baik. (c) Pertimbangan, yaitumenggolongkan hal-hal yang bersifat khusus menjadi bersifat universal. (d) Teste atau selera, yaitu sikap subjektif yang berhubungan dengan macam-macam rasa.
    Pemahaman akan kejadian adalah penafsiran apa yang akan terjadi, lalu bagaimana peranan prasangka dalam mengatasi perbedaan baik dan yang tidak baik? Hal ini hanya terdapat pada diri kita sendiri untuk mengembangkan kesadaran, dan membangun sendiri prasangka-prasangka yang dihadapi. Gadamer menyimpulkan kesadaran adalah dialog antara Masa lampau diman teks itu dilahirkan atau dipublikasikan, masa kini dimana penafsir datang dengan predujice-nya, masa depan dimana didalamnya terdapat nuansa baru yang produktif.
    3.      Teori Kritis  (Critical Theory)
    Teori kritis merupakan pendekatan ketiga setelah fenomenologi dan hermeneutika yang berusaha mengatasi positivisme dalam ilmu-ilmu social dan memberikan dasar methodologis bagi ilmu-ilmu social, yang berbeda dari ilmu-ilmu alam. Ketiga pendekatan ini memiliki keterkaitan yang erat, baik pada taraf epistemologis maupun metodologis untuk membuka konteks yang lebih luas dari ilmu-ilmu sosial. Teori Kritis (Critical Theory) banyak mendapat sumbangan pemikiran dari konsep dunia-kehidupan (lebenswelt) dan metode verstehen sebagai metode khas hermeneutika.
    Teori kritis merupakan 'paradigma' keilmuan yang dilahirkan olaeh para filsuf yang tergabung dalam Mazhab Frankfrut di Jerman. Beberapa tokohnya antara lain Horkheimer, Adorno, Marcuse, dan lain-lain. Sebagai pembaharu teori kritis, Habermas berusaha menekankan peranan kesadaran (subjek) dalam merubah struktur-sruktur objektif, maka analisisnya dipusatkan pada fenomena super-struktur (kebudayaan, ekonomi, budaya, agama, politik, dan seterusnya), khususnya rasionalitas atau ideologi yang menggerakannya.
    Teori Kritis Mazhab Frankfrut dan Posisi Habermas
    Bagi Habermas pola fikir keilmuan tidak hanya sebagai kerangka dalam membangun ilmu, tetapi juga berpengaruh pada pola hidup, bahkan pengaruhnya terlihat sampai pada struktur bangunan masyarakat. Keprihatinan  Habermas terutama ditujukan terhadap stuktur masyarakat modern, yang berwujud pola liberalisme di bidang politik dan kapitalisme[13] dibidang ekonomi. Pola liberalisme masyarakat modern ini jelas sebagai akibat langsung dari rasionalisme Pencerahan, yang  mencapai puncaknya di bidang pola fikir positivisme dibidang ilmu dan tekhnologi.
    Karl Marx, pendahulu  Habermas, adalah filusuf yang secara radikal mengkritik pola dan praktek liberalisme-kapitalisme, yang memang bertentangan dengan prinsip pencerahan dan emansipasi[14] sebagaimana di maksud dalam humanisme-antroposentris. Marx yakin bahwa lewat perjuangan kelas dan revolusi, susunan masyarakat kelas akan diruntuhkan, sehingga akan terhapusnya hak milik dan hubungan kepemilikan subjek-objek, alienasi akan lenyap.
    Karena sifatnya yang kritis, Teori Kritis dimaksudkan sebagai inspirator dan katalisator bagi sebuah gerakan dalam masyarakat. Akan tetapi pemikiran Madzhab Frankfurt tersendiri mengalami kebuntuan, kebuntuan itu kata Habermas disebabkan (a) Terjebak oleh daya integrative system masyarakat kapitalesme lanjut (The Old Capitalisme) padahal kenyataannya kaum buruh tidak mesti sepenuhnya ter-hegemoni dalam masyarakat kapitalisme. (b) Teori kritik tetap bertolak pada pandangan Marx yang terlalu pesimis pada manusia yang memandang pada manusia semata-mata makhluk ekonomi dengan diekletika materialnya. (c) Teori kritis menerima sepenuhnya pemikiran Marx bahwa manusia adalah makhluk yang bekerja, yang berarti juga menguasai.
    Konstruksi Teori Kritis Habermas.
    Teori Kritis Habermas, sebagaimana pemikiran Madzhab Frankfurt pada umumnya, tetap berakar pada tradisi Jerman, khususnya transendentalisme Kant, idealisme Fichte, Hegel, dan materialisme Marx, namun secara khusus Habermas juga menggunakan sumber lain sebagai kerangka dasar atas teori yang ditawarkannya. Mulai dari psikoanalisis Frued, tradisi Anglo-Amerika, yaitu analisis linguistic dari Wettgenstein, John Searle dan J.L. Austin, pemikiran Linguistik Noam Chomsky, teori-teori psikologi dan perkembangan moral oleh Frued, Pieget dan Kohlberg sampai pada pemikiran pragmatis Amerika seperi Peirce Mead dan Dewey. Teori Kritis Habermas merupakan paduan dari teori-teori tersebut sehingga lain dari pada teori pendahulunya.
    Teori Kritis Hebermas dibangun atas dasar keprihatinannya, terutama dalam problem ilmu-ilmu sosial dan keterlibatannya dalam teori kritis mazhab Frankfurt. Keprihatinannya mengerucut dalam dua persoalan:
    1.    Problem ilmu pengetahuan positivistic
    2.    Menyangkut keterlibatan ilmuan dalam praktek sosial masyarakat
    Konstruksi teorinya berasumsi bahwa antara teori dan praktek memiliki hubungan yang sangat dekat, bahkan dengan ideologi dan kepentingan manusiawi. Oleh sebab itu ilmu pengetahuan tidak dapat dikelompokkan begitu saja di dalam ilmu-ilmu teoritis dan ilmu-ilmu praktis. Tugas ilmu-ilmu teoritis adalah memberikan penjelasan tentang suatu realitas sosial tanpa berpihak dan tanpa dipengaruhi oleh hasrat dan kepentingan tertentu.
    Rasio Instriumental dan Rasio Komunikasi
    Habermas dengan tegas menolak sikap yang dikatakan sebagai bebas nilai dalam pembentukan ilmu pengetahuan, menurutnya semua ilmu pengetahuan dan pembentukan teori selalu dibarengi oleh apa yang disebutnya dengan Inters-Kognitif tertentu, yaitu suatu orientasi dasar yang mempengaruhi jenis pengetahuan dan objek pengetahuan tertentu, ada tiga inters (kepentingan), yaitu kepentingan bersifat teknis, praktis dan ilmu. Di gambarkan habermas bahwa inters digambarkan sebagai orientasi dasar yang berakar pada kondisi tertentu dan fundamental. Atas dasar tiga Inters tersebut Habermas menunjukan implikasi dalam tiga disiplin ilmu pengetahuan, pertama berkaitan dengan kebutuhan manusia akan produksi dan kelastarian dirinya, yang melahirkan sifat empiris-analistis. Kedua berhubungan dengan kebutuhan manusia untuk melakukan komunikasi untuk sesamanya dalam praktek social yang memunculkan suatu ilmu pengetahuan yang bersifat empiris-hermeneutis. Ketiga ilmu tersebut berhubungan dengan tiga aspek eksistensi social manusia, yaitu kerja interaksi (komunikasi) dan kekuasaan.Kepentingan teknis terpaut dengan pengendalian alam melalui "Rasio Instrumental" selalu berbicara dengan sarana hukum-hukum rasional dan silogisme, bukan didasarkan pada pola hubungan subjek-objek. Rasio inilah yang menggerakan suatu tindakan rasional, tindakan rasional tersebut selalu memiliki sasaran tertentu yaitu kerja tekhnis. Sehingga, relitas dipahami sebagai sesuatu yang dapat dimanipulasi. Sasaran yang ingin diketahui adalah hukum-hukum keteraturan, Continuity, Kausalitas, dan semacamnya. Habermas melihat paradigma positivisme, yang menurutnya yang melahirkan ilmu-ilmu empiris-analistis, digerakan oleh rasio instrumental ini.
    Kritik Ideologi
                Sebagai kerangka dalam membangun keilmuan emansipatif, yang menyuarakan kesadaran (refleksi diri), sasaran teori kritis adalah kritik terhadap segala bentuk statisme, baik yang digerakkan oleh rasionalitas individu maupun ideologi masyarakat dalam persoalan kritik ideologi. Teori Kritis mempunyai tiga pandangan,
    1)   Kritik secara radikal terhadap masyarakat dan ideologi-ideologi dominan, tak bisa dipisahkan.
    2)   Kritik ideology tidak dilakukan untuk memberikan semacam justifikasi dalam bentuk “Kritik Moral”. 
    3)   Kritik sebagai “jiwa” dari ilmu pengetahuan sosial-kritis. Kritik ideologi secara khusus diletakkan dalam menganalisa perubahan-perubahan penting dalam pandangan dan kerangka epitimologis tradisional.
                Jika dihubungkan dengan pengetahuan, maka penting sekali untuk membuka kembali motif-motif yang terembunyi dan melihat seberapa jauh motif-motif itu mempengaruhi pengetahuan manusia. Seberapa jauh peranan interest-interest dalam proses kognitif manusia, dan lebih penting lagi seberapa jauh interest praktis membimbing dan menyesatkan kesadaran manusia.
                Salah satu kunci gagasan Freud adalah pandangan hidup kelakuan seseorang lebih banyak ditentukan oleh ketidaksadarannya dibandingkan dengan kesadarannya. Teori Kritis ingin menjelaskan diamnya masa tertindas itu. Singkatnya super ego di dalam masyarakat industri ini bisa jadi berbentuk rasionalisasi atau ideologi penguasa yang terus menerus di hembuskan ke dalam jiwa masyarakat. Padahal di balik super-ego itu ada kepentingan tertentu untuk manipulasi dan penindasan.[15]



    [1]  F.Bud Hardiman, Positivisme dan Hermeneutk, “Suatu Usaha untuk Menyelamatkan Subjek” dalam Basis, Maret 1991.
    [2]  F. Budi Hardiman .ibid
    [3]  objek pada dirinya sendiri
    [4]   Kurt F. Leidecker "Hermeneutics'' dalam Dagobert D.Runes, Dictionary of Philoshopy, (Totowa New Jersey:Littelflied, Adam & Co.,1076) hal.126.
    [5]  Untuk lebih detail mengenai hal ini, Lihat Warner G. Jeandrond, The Theological Hermeneutics: Developtment and Significance, (New York: Croosrood,1991, hal.1
    [6]  Josep Bleicher, Contempory Hermeneutis, Hermeneutics as Method, Philosophy  And Critique, ( London: Routhledge & Keegan Paul,1980)
    [7]  Richard E. Palmer, Hermeneutics: Interpretatioan Theory in Schleiermacher, Dithely Heidegger, Gadamer (Eavastor:Northwestern University Press,1969),  hal 34-45
    [8]     Pembagian kedalam dua bagian yang saling bertentangan
    [9]   . E.Sumaryono, Hermeneutika, Sebuah Metode Filsfat, (Yogyakarta: Kanisius,1999), hal.41.
    [10]   .K.Bertans, Filsafat Barat dalam Abad XX, jilid I, (Jakarta: Gramedia,1981), hal.228.
    [11]  E. Sumaryono, op.cit.,hal.48-49.
    [12]  Ilmu yang mempelajari evolusi kebudayaan berdasarkan bahasa dan sastra masyarakat.
    [13]  Sistem perekonomian yang berdasarkan hak monopoli penuh (di tengah kaum kapitalis atau pengusaha), paham penguasaan produksi dengan modal besar.
    [14]  Gerakan pembebasan diri dari perbudakan atau (pegakuan) penamaan hak, derajat dan kehidupan dalam masyarakat.
    [15] Habermas, Ilmu dan Teknologi Sebagai Ideologi, terj Hasan Basari (Jakarta: LP3ES,199), hal. 310
    Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

    0 komentar:

    Posting Komentar

     
    Support : Creating Website | Tutorq Template | Template
    Copyright © 2011. FAROUQ'S - All Rights Reserved
    Template Modify by Creating Website
    Proudly powered by Blogger