Beberapa malam lalu, ketika saya berdiri di halte bus Eight District, Nasr City. Ada seorang lelaki setengah baya berjubah lusuh dan berpeci khas Mesir, berdiri di samping saya. Tiba-tiba lelaki itu bergumam pelan, suaranya jelas, tapi tidak saya pahami. Saya spontan bertanya dengan bahasa Arab pasaran, "Hat ruh fen?" yang dijawabnya dengan santai, bahwa ia sedang menunggu bus nomor sekian. Dari logatnya terlihat bahwa ia bukan penduduk Kairo, dan ternyata ia mengaku dari propinsi Thanta, barat Kairo
.
Saya sedikit melamun saat itu, merasai lelah dan penat karena berbagai tugas tadi siang. Ini resiko, resiko orang yang mau hidup mandiri. Ya, memang prinsip 3K sedang saya jalankan. Kuliah, Kerja, Khadimah, memang yang terakhir ini sering menggangu, tak salah jika Muhammad Fauzil Adzim mengajurkan untuk menyegerakannya. Hanya saja 'Surat Izin Menikah' dari bunda cukup rumit.
Saat penat dan lelah memang ada kenikmatan tersendiri, apalagi jika tugas-tugas itu sempurna dilaksanakan. Ada benarnya pepatah Arab yang mengatakan, "Tidak ada kenikmatan kecuali setelah bersusah payah." Namun, saat keimanan menipis dan jiwa rapuh, setan selalu mengajak untuk berkeluh-kesah menyalahkan nasib dan takdir yang berlaku. Tanpa sadar, terkadang hati menghujat Sang Maha Pengasih. Merasa tidak diperhatikan, merasa keberuntungan hanya milik orang lain saja, lalu mengutuk diri sendiri atau lebih parah memvonis orang di sekeliling kita sebagai biang masalah.
Mulut saya gatal untuk terus diam. Mulailah saya berbincang dengan lelaki sederhana itu. Lelaki itu sudah bekerja selama dua puluh empat tahun sebagai tukang sapu di Misr Service, instansi pemerintah Mesir bidang kebersihan. Sudah menikah dan dikaruniai empat orang putra. Mereka berlima tinggal di Thanta. Wow, hebat! Gumam saya dalam hati. Sementara itu karena jarak propinsi Thanta dan Kairo cukup jauh, ia tinggal dengan teman-teman seperjuangannya sesama tukang sapu. Di suatu tempat jauh dari kelayakan untuk tempat tinggal. Ketika saya bertanya tentang jumlah gaji per bulannya, ia menjawab dua ratus lima puluh Pounds Mesir. Ini gaji tertinggi untuk para senior, di bawahnya berjumlah lebih kecil lagi. Begitu pengakuannya. Saya jadi berpikir panjang, apakah cukup uang sejumlah itu untuk biaya hidup berlima? Bagaimana jika ada musibah mendadak dan perlu uang banyak? Sementara saya bisa mendapat lebih dari jumlah itu per bulan. Hidup memang tidak semua dalam hitungan matematis, banyak hal yang menjadi rahasia Allah.
Lelaki ini termasuk yang memiliki watak lembut dalam penilaian saya. Sorot matanya bercahaya, tidak sedikit pun menyimpan beban berat diraut wajahnya. Lelaki ini mungkin 'lelaki surga', suami yang baik buat istrinya dan ayah teladan bagi anak-anaknya. Lelaki yang di contohkan oleh Rasulullah SAW, " ... aku adalah orang paling baik kepada keluargaku." Di wajahnya tersirat keikhlasan mendalam untuk menapaki hidup ini. Mungkin lelaki ini seperti gambaran Miranda Risang Ayu tentang seorang tukang sapu, dalam salah satu kolomnya, "Tarikan nafasnya bismillah, dan gerak tangannya adalah tasbih." Saya jadi merasa malu sendiri, jika membanding-bandingkan dengan keadaan tukang sapu ini. Ternyata masih banyak orang yang kekurangan, masih ada orang yang jauh lebih sederhana.
Dalam kehidupan dunia yang semakin prural, dan gerak globalisasi yang terus maju. Kita akan selalu dihadapkan pada satu permasalahan yaitu materi. Otak kita akan selalu berputar mencari sumber penghidupan, dan ambisi jiwa kita akan terus membumbung untuk menuntaskan mimpi dan cita-cita. Apa yang dilukakan tukang sapu itu sebenarnya adalah tawakkal. Tawakkal yang kata seorang ulama dari Saudi, Abu Bakar Al-Jazairy adalah bekerja dan bermimpi. Atau dalam bahasa saya, 'mimpi yang dikerjakan'. Bukan menunggu emas turun dari langit. Salah satu ciri-ciri orang beriman, menurut Allah SWT dalam Al-Qur'an, "Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (Q.S. 5:23).
Tukang sapu itu mungkin punya mimpi, mimpi yang sangat sederhana sekali. Sebagaimana kita juga punya mimpi. Makanya ia bekerja apa saja, tak ia hiraukan berapa nominal yang akan ia terima. Dan takdir telah membawanya menjadi tukang sapu selama dua puluh empat tahun.
Bermimpi atau berangan-angan, lalu dirangkai dengan kerja nyata adalah keniscayaan untuk sukses. Dan inilah sunnatullah di atas muka bumi ini, jika ada usaha, pasti ada hasil. Jika ada tekad dan keseriusan, akan ada kesuksesan. Tapi itu belum cukup, perlu juga dalam hati menghadirkan ketenangan. Ketenangan yang dibangun dari keyakinan yang teguh bahwa, jika Allah berkehendak atas sesuatu tentu akan terjadi. Dan jika Allah SWT berkehendak sebaliknya, tidak akan pernah terjadi. Yakinlah, Allah tidak akan menyia-nyiakan orang yang bekerja sebaik-baiknya. Rasullah SAW dan para sahabat banyak mencontohkannya, di balik kemenangan-kemenangan perang dalam Islam, selalu didahului dengan strategi yang jitu dan perencanaan yang matang. Mulai dari pemilihan komandan perang sampai siapa yang bertugas memegang bendera. Inilah sebenarnya yang diinginkan oleh agama ini, ada politisi yang berdebat di parlemen karena memperjuangkan rakyat, ada pedagang yang berdoa di tengah pasar, atau seorang petani yang berdoa di tengah sawah.
Lelaki itu segera pamit kepada saya, ketika bus nomor enam sembilan jurusan Hadayek 'Ubbah datang. Sementara saya masih tertegun di pinggir jalan yang semakin sepi.
Oleh: M. Yayan Suryana
0 komentar:
Posting Komentar