Akhir-kahir ini banyak permasalahan yang timbul pada remaja di Indonesia ini. Khasus-khasus yang begitu marak yang sekarang dipadati para remaja ini adalah khasus yang bentuknya seperti narkoba, hubungan sex diluar nikah, dan juga kasus genk-genk motor yang kerap menjadi kegelisahan semua warga. Dan itu tidak hanya terjadi pada satu daerah saja yang berada di kota-kota besar, tetapi itu semua sudah meraja rela di berbagai daerah-daerah kecil lainnya. Maka dari itu masa remaja adalah masa peralihan yang sangat cukup rawan di kalangan pendidikan sekarang ini yang khususnya berada pada Negara Indonesia. Oleh sebab itu penulis akan memaparkan makalahnya tentang psikologi anak, dengan tujuan dapat membantu seorang pendidik dalam mengetahui bentuk karakteristik anak, sehingga seorang pendidik tidak salah didik. Karena kesalahan pendidik dalam mendidik anaknya dapat menyebabkan sesuatu hal yang fatal pada kehidupan anak.
Pembahasan:
Sebelum penulis membahas tentang psikologi remaja, maka penulis ingin memaparkan tentang arti dari kata remaja. Sehingga pembaca lebih dapat memahami lebih dalam dengan ungkapan remaja tersebut.
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence).
Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.
Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan. Selain itu masa remaja juga mempunyai transisi perkembangan sebagaimana pembahasan sebagai berikut:
Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001).
Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001). Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan Papalia dan Olds (2001), yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan kognitif, dan (3) perkembangan kepribadian dan sosial. Adapun pembahasan tentang perkembangan remaja sebagai brikut:
a. Perkembangan fisik
Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif.
Perkembangan fisik remaja itu di bagi menjadi 2 perubahan, yaitu sebagai berikut:
. Perubahan Eksternal
Perubahan yang terjadi dan dapat dilihat pada fisik luar anak. Perubahan tersebut ialah :
a. Tinggi Badan
Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi matang pada usia antara tujuh belas dan delapan belas tahun, rata-rata anak laki-laki kira-kira setahun setelahnya.
Perubahan tinggi badan remaja dipengaruhi asupan makanan yang diberikan, pada anak yang diberikan imunisasi pada masa bayi cenderung lebih tinggi dari pada anak yang tidak mendapatkan imunisasi. Anak yang tidak diberikan imunisasi lebih banyak menderita sakit sehingga pertumbuhannya terhambat.
b. Berat Badan
Perubahan berat badan mengikuti jadual yang sama dengan perubahan tinggi badan, perubahan berat badan terjadi akibat penyebaran lemak pada bagian-bagian tubuh yang hanya mengandung sedikit lemak atau bahkan tidak mengandung lemak.
Ketidak seimbangan perubahan tinggi badan dengan berat badan menimbulkan ketidak idealan badan anak, jika perubahan tinggi badan lebih cepat dari berat badan, maka bentuk tubuh anak menjadi jangkung (tinggi kurus), sedangkan jika perubahan berat badan lebih cepat dari perubahan tinggi badan, maka bentuk tubuh anak menjadi gemuk gilik / gembrot (gemuk pendek).
c. Proporsi Tubuh
Berbagai anggota tubuh lambat laun, mencapai perbandingan yang tubuh yang baik. Misalnya badan melebar dan memanjang sehingga anggota badan tidak lagi kelihatan terlalu pandang.
d. Organ Seks
Baik laki-laki maupun perempuan organ seks mengalami ukuran matang pada akhir masa remaja, tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahun kemudian.
e. Ciri – ciri Seks Sekunder
Ciri – ciri seks sekunder yang utama, perkembangannya matang pada masa akhir masa remaja. Ciri sekunder tersebut antara lain ditandai dengan tumbunya kumis dan jakun pada laki-laki sedangkan pada wanita ditanda dengan membesarnya payudara.
2. Perubahan Internal
Perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan tidak tampak dari luar. Perubahan ini nantinya sangat mempengaruhi kepribadian remaja. Perubahan tersebut adalah :
1. Sistem Pencernaan
Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan bertambah besar, otot-oto di perut dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.
2. Sistem Peredaran Darah
Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia tujuh belas atau delapan belas, beratnya dua belas kali berat pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat kematangan bilamana jantung sudah matang.
3. Sistem Pernafasan
Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia tujuh belas tahun ; anak laki-laki mencapat tingkat kematangan baru beberapa tahun kemudian.
4. Sistem Endokrin
Kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber menyebabkan ketidak seimbangan sementara dari seluruh system endokrin pada masa awal puber. Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat dan berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran yang matang sampai akhir masa remaja atau awal masa dewasa.
5. Jaringan Tubuh
Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia delapan belas tahun. Jaringan selain tulang, khususnya bagi perkembangan otot, terus berkembang sampai tulang mencapai ukuran yang matang.
Adapun kondidi yang mempengaruhi perubahan tersebut adalah sebagai berikut:
C. Kondisi – Kondisi yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik Remaja
Pertumbuhan fisik erat hubungannya dengan kondisi remaja. Kondisi yang baik berdampak baik pada pertumbuhan fisik remaja, demikian pula sebaliknya.
Adapun kondisi-kondisi yang mempengaruhi sebagai berikut :
1. Pengaruh Keluarga
Pengaruh keluarga meliputi faktor keturunan maupun faktor lingkungan. Karena faktor keturunan seorang anak dapat lebih tinggi atau panjang dari anak lainnya, sehingga ia lebih berat tubuhnya, jika ayah dan ibunya atau kakeknya tinggi dan panjang.
Faktor lingkungan akan membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan yang dibawa dari orang tuanya.
2. Pengaruh Gizi
Anak yang mendapatkan gizi cukup biasanya akan lebih tinggi tubuhnya dan sedikit lebih cepat mencapai taraf dewasa dibadingkan dengan mereka yang tidak mendapatkan gizi cukup.
Lingkungan juga dapat memberikan pengaruh pada remaja sedemikian rupa sehingga menghambat atau mempercepat potensi untuk pertumbuhan dimasa remaja.
3. Gangguan Emosional
Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan dan ini akan membawa akibat berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan di kelenjar pituitary. Bila terjadi hal demikian pertumbuhan awal remajanya terhambat dan tidak tercapai berat tubuh yang seharusnya.
4. Jenis Kelamin
Anak laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dari pada anak perempuan, kecuali pada usia 12 – 15 tahun. Anak perempuan baisanya akan sedikit lebih tinggi dan lebih berat dari pada laki-laki-laki. Hal ini terjadi karena bentuk tulang dan otot pada anak laki-laki berbeda dengan perempuan. Anak perempuan lebih cepat kematangannya dari pada laki-laki .
5. Status Sosial Ekonomi
Anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah, cenderung lebih kecil dari pada anak yang bersal dari keluarga dengan tingkat ekonomi rendah.
6. Kesehatan
Kesehatan amat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik remaja. Remaja yang berbadan sehat dan jarang sakit, biasanya memiliki tubuh yang lebih tinggi dan berat disbanding yang sering sakit.
7. Pengaruh Bentuk Tubuh
Perubahan psikologis muncul antara lain disebabkan oleh perubahan-perubahan fisik. Diantara perubahan fisik yang sangat berpengaruh adalah ; pertumbuhan tubuh (badan makin panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada perempuan dan "mimpi pertama" pada anak laki-laki ), dan tanda-tanda kelamin kedua yang tumbuh. Dan pembahasan selanjutnya adalah perkembangan kognitif.
1. Perkembangan kognitif remaja membahas tentang perkembangan remaja dalam berfikir (proses kognisi/proses mengetahui ). Menurut J.J. Piaget, remaja berada pada tahap operasi formal, yaitu tahap berfikir yang dicirikan dengan kemampuan berfikir secara hipotetis, logis, abstrak, dan ilmiah. Pada usia remaja, operasi-operasi berpikir tidak lagi terbatas pada obyek-obyek konkrit seperti usia sebelumnya, tetapi dapat pula dilakukan pada proposisi verbal (yang bersifat abstrak) dan kondisi hipotetik (yang bersifat abstrak dan logis).
2. Perkembangan Kognitif dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya
Secara ringkas, Piaget berteori bahwa selama perkembangannya, manusia mengalami perubahan-perubahan dalam struktur berfikir, yaitu semakin terorganisasi, dan suatu struktur berpikir yang dicapai selalu dibangun pada struktur dari tahap sebelumnya. Perkembangan yang terjadi melalui tahap-tahap tersebut disebabkan oleh empat faktor: kematangan fisik, pengalaman dengan objek-objek fisik, pengalaman sosial, dan ekuilibrasi.
Pengalaman membawa kemajuan kognitif melalui proses asimilasi dan akomodasi. Proses asimilasi dan amomodasi membantu anak-anak beradaptasi terhadap lingkungannya karena melalui proses-proses tersebut pemahaman mereka mengenai dunia semakin dalam dan luas. Dengan demikian, jelas bahwa Piaget memandang anak-anak sebagai organisme aktif dan self-regulating yang berubah melalui interaksi antara pembawaan lahir (innate) dengan faktor-faktor lingkungan (Hetherington & Parke, 1986; Seifert & Hoffnung, 1987; Papalia & Olds, 1988; Miller, 1993). Dan pada pembahasan selanjutnya penulis akan membahas tentang
Perkembangan kepribadian dan social ng dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.
Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991).
Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001). Conger (1991) dan Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya (Conger, 1991). Adapun cirri-ciri masa remaja yang akan penulis paparkan pada pembahasan selanjutnya sebagai berikut:
Masa Remaja mempunyai cirri-Ciri tertentu yang membedakan dengan periode seebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut anatara lain, yaitu:
1. Masa Remaja sebagai Periode yang Penting
Periode Penting untuk masa remaja karena akibat perubahan fisika dan juga karena psikologinya. Tanner mengatakan, bagi sebagian besar anak muda, usia antara dua belas dan enam belas tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Tak dapat disangkal, selama kehidupan janin dan tahun pertama atau kedua setelah kelahiran, perkembanagn berlangsung semakin cepat, dan lingkungan yang baik semakin lebih menentukan, tetapi yang bersangkutan sendiri bukanlah remaja yang menmperhatikan perkembangan atau kurangnya berkembang dengan kagum, senang atau takut.
2. Masa Remaja sebagai Periode Peralihan
Artinya apa yangn terjadi akan menimbulkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan dating. Perubahan fisik yang terjadi selama tahun awal masa remaja mempengaruhi tingkat perilaku individu dan mengakibatkan diadakannya penilaian kembali penyesuaian nilai yang telah tergeser.
3 Masa Remaja sebagai Masa Perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan prulaku selama masa remaja sejajr dengan tingkat perubahan fiiknya. Ada empat perubahan yang sama dan bersifat universal, yaitu:
a. Meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologi yang terjadi.
b. Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial dan menimbulkan masalah baru.
c. Dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nila-nilai juga berubah.
d. Sebagian remaja bersikap ambivalen terhap setiap perubahan.
4. Masa Remaj sebagai Usia Bermasalah
Setiap periode mempunyai masalah yang sulit diatasinya baik laki-laki maupun perempuan.
5. Masa Remaja sebagai Masa Mencari Identitas
Pada tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap pentin bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka akan mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi menjadi sama dengan temanya. Dalam segala hal seperti sebelumnya. Salah satu cara untuk mencoba mengangkat diri sendiri sebagai individu, adalah dengan menggunakan symbol stataus dalam bentuk mobil, pakaian, dan pemilikan barang-barang lain yang mudah terlihat.
6. Masa Remaja sebagai Usia yang Menimbulkan Ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusakdan berperilaku merusak, menyebabakan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatikterhadap perilaku remaja yang normal.
7. Masa Remaja sebagai Masa yang tidak Realistik
Cita-cita yang tidak Realistik, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga agi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosiyang merpakan cirri dari awal masa remaja.
8. Masa Reamaja sebagai Masa Dewasa
Denagan semakin mendekatnya usia kematangan, mak remaja mulai memusatykan dri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewas, yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat- obatan , dan terlibat dalam perbuatan seks.
Kesimpulan:
Setelah pembaca memahami tentang psikologi anak remaja ini, maka sebagai calon pendidik harus tahu bagaimana menyikapi pendidikan anak yang khususnya para remaja. Dengan memahami psikologi anak maka para pendidik lebih mudah didalam memahami semua gejala-gejala yang dihadapi oleh sang anak tersebut. Selain itu juga memudahkan pendidik di dalam menerapkan segala peraturan yang ada baik itu yang peraturan yang sifatnya syar’I maupun yang bukan syar’i.
Referensi:
http://eko13.wordpress.com/2008/05/02/psikologi-remaja/
http://anakciremai.blogspot.com/2008/07/makalah-psikologi-tentang-fisik-remaja.html
http://tumbuhkembanganak.edublogs.org/2008/05/26/perkembangan-kognitif-remaja/
http://tumbuhkembanganak.edublogs.org/2008/04/29/perkembangan-kognitif/
http://shobikhsahirar.wordpress.com/2009/01/06/perkembangan-masa-remaja/
http://athiranisrina-manizz.blogspot.com/2008/03/psikologi-perkembanagn-remaja.html
0 komentar:
Posting Komentar