I.
PENDAHULUAN
Beberapa pendekatan dalam pengembangan kurikulum telah dibahas pada pertemuan yang lalu dari
pendekatan subjek akademis serta pendekatan humanis yang semuanya bertujuan
agar terselanggaranya proses belajar
mengajar secara lancara sehingga tercapai sesuai tujuan yang diharapkan. Akan
tetapi tidak cukup hanya dengan pendekatan tersebut diatas dikarenakan
banyaknya aspek yang harus dicapai dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh
karena itu berbagai pendekatan pun harus dicoba dan diterapkan dalam pengembanga
kurikulum guna tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.
Pedekatan
teknoligis adalah salah satu pendekatan yang dilakuakn untuk mencapai tujuan
tersebut. Yang mana semua pedekatan yang ada dalam pengembangan kurikulum
saling membantu dan saling melengkapi kekurangan masing-masing yang sekiranya
tidak bisa dicapai oleh masing-masing pendekatan tersebut.
Berikut
ini akan dipaparkan tentang pendekatan teknologis, salah satu dari pendekatan
pengembangan kurikulum yang diterapkan sebagai langkah untuk mencapai tujuan pendidikan
dan melengkapi aspek-aspek yang sekiranya tidak bisa dicapai dengan pendekatan
lain dan bisa dicapai dengan pendekatan ini.
II.
PEMBAHASAN
Pendekatan
teknologis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak dari analisis kompetensi yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Materi yang diajarkan,
kriteria evaluasi sukses, dan strategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan
analisis tugas (job analisis) terbentuk. KBK yang digalakan disekolah dan
madtrasah termasuk kategori pendekatan teknologis.
Dalam
pengembangan kurikulum PAI, pendekatan tersebut dapat digunakan untuk
pembelajaran PAI yang menekankan pada know how atau cara menjalankan
tugas-tugas tertentu. Seperti shalat, haji , puasa, zakat dll.
Pembelajaran
dikatakan menggunakan pendekatan teknologis apabila menggunakan pendekatan sistem
dalam menganalisis masalah belajar, merencanakan, mengelola, melaksanakan dan
menilai. Selain itu pendekatan ini mengejar kemampuan tertentu dan menuntut
peserta didik agar mampu melaksanakan tugas-tugas tertentu yang sudah diajarkan
, sehingga proses dan rencana hasilnya diprogram sedemikian rupa agar
pencapaian hasil pembalajaran dapat dievaluasi dan dapat diukur dengan jelas
dan terkontrol. Dari rancangan proses belajar hingga pencapaian hasil
diharapkan terlaksana dengan efektif, efisien dan memiliki daya tarik. [1]
Teknologi
pendidikan juga dapat dipandang sebagai suatu produk dan proses . Sebagai
contoh suatu produk teknologi pendidikan mudah dipahami karena sifatnya lebih
konkrit dari sini juga kita lebih memahami bahwa pendekatan tekhnologi bersifat
konkret.[2]
Terdapat
tiga prinsip dasar dalam teknologi pendidikan sebagai acuan dalam pengembangan
dan pemanfaatannya, yaitu : Pendekatan sistem, berorientasi pada peserta
didik, dan pemanfaatan sumber belajar.[3]
Prinsip
pendekatan sistem berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran
perlu diseain / perancangan dengan menggunakan pendekatan sistem. Dalam
merancang pembelajaran diperlukan langkah-llangkah prosedural meliputi :
identifikasi masalah, analisis keadaan, identifikasi tujuan, pengelolaan
pembelajaran, penetapan metode, penetapan media evaluasi pembelajaran.[4]
Prinsip
berorientasi pada peserta didik beratri bahwa dalam pembelajaran hendaknya
memusatkan perhatiannya pada peserta didik dengan memperhatikan karakteristik,
minat, potensi dari peserta didik. Prinsip pemanfaatan sumber belajar berarti
dalam pembelajaran siswa hendaknya dapat memanfaatkan sumber belajar untuk
mengakses pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya.[5]
Satu
hal lagi lagi bahwa teknologi pendidikan adalah satu bidang yang menekankan
pada aspek belajar peserta didik. Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan
dalam satu kegiatan pendidikan adalah bagaimana siswa dapat belajar, dengan
cara mengidentifikasi, mengembangkan, mengorganisasi, serta menggunakan segala
macam sumber belajar.[6] Dengan demikian upaya pemecahan masalah dalam
pendekatan teknologi pendidikan adalah dengan mendayagunakan sumber belajar.
Hal ini sesuai dengan ditandai dengan pengubahan istilah dari teknologi
pendidikan menjadi teknologi pembelajaran. Dalam definisi teknologi
pembelajaran dinyatakan bahwa ” Teknologi pendidikan adalah teori dan
praktek dalam hal desain, pengembangan, pemanfaatan, mengelolaan, dan evaluasi
terhadap sumber dan proses untuk belajar”.[7]
Keterbatasan
dari pendekatan teknologis ini antara lain, Ia tebatas pada hal yang bisa
dirancang sebelumnya, baik itu proses maupun hasilnya. Karana adanya
keterbatasan tersebut maka tidak selamanya dalam pembelajaran PAI mengunakan
perdekatan tersebut. Kalau hanya sampai penguasaan materi dan keterampilan
menjalankan ajaran agama, bisa menggunakan pendekatan ini, sebab proses dan
hasilnya bisa dirancang. Tapi jika pembelajaran sampai pada taraf kesadaran
iman dan pengamalan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari akan sulit
diterapkan karena prosesnya bisa dirancang akan tetapi produk atau hasinya
tidak bisa dirancang dan sulit di ukur.
Dikarenakan
hal ini tidak semua pesan-pesan pembelajaran PAI dapat didekati secara
teknologis. Sebagai contoh dalam membentuk kesadaran iman terhadap Allah Swt, malaikat, kitab-kitab
dll. Masalah kesadaran keimanan memang banyak mengandung masaah yang abstrak yang
tidak hanya dilihat dari prilaku prilaku riil dan konkret. Sebab kadang-kadang
yang konkret justru bersifat semu atau tipuan belaka. Begitu juga dalam
membentuk kesadaran anak didik dalam mengamalkan ajaran islam dalam kehidupan
sehari-hari, prosesnya bisa dirancang tapi hasilnya tidak bisa diketahui secara
pasti. Karena kadang-kadang peserta didik ketika berada di sekolah menampakan
sikap taat dan patuh, sementra ketika berada diluar rumah atau di masyarakat
justru sebaliknya.[8]
Disamping
itu prinsip efisien dan efektifitas (sebagai ciri khas pendekatan teknologis)
kadang kala juga sulit dipantau dan dicapai oleh guru, karena pembentukan
keimanan, kesadaran beragama memerlukan proses yang relative lama, yang sulit
dipantau hasil belajarnya dengan hanya mengandalkan pada kegiatan belajar
mengajar di kelas dengan pendekatan teknologis. Karena itu perlu menggunakan
pendekatan yang non-teknologis.
Contoh
penerapan pembelajaran PAI materi Fiqh:[9]
1.
Kompetensi
dasar : Mampu melaksanakan shalat
2.
Hasi
belajar :
1)
Siswa
mampu menjelasakan tata cara shalat yang benar
2)
Siswa
mampu menghafal bacaan dan mempraktekan gerakan shalat.
3.
Indikator:
1)
Menjelaskan
pengertian shalat dan dalilnya
2)
Menjelaskan
syarat-syarat shalat
3)
Menjelaskan
rukun shalat
4)
Menjelaskan
sunnah shalat
5)
Menjelaskan
hal-hal yang membatalkan shalat
6)
Melafalkan
bacaan shalat dengan benar
7)
Menghafal
bacaan shalat
8)
Mau
melaksanakn shalat
9)
Terbiasa
melakukan shalat
Dari
contoh diatas maka dapat diketahui organisasi isi pembelajaranya. Organisasi
ini sebenarnya bukan merupakan hal yang paten tapi guru dituntut untuk
mengorganisirnya lagi ( memilih, menata urutan, bahan dsb) dengan memperhatikan
karakteristik bidang studi atau sub pokok bahasan, kendala dan karakteristik
peserta didik dan pengalaman guru dalam kegiatan pembelajaran.
Untuk
mengorganisir itu dengan baik perlu dilakukan analisis tugas dan jenjang
belajar sesuai denga karakteristik pendekatan teknologis. Analisis tugas
adalah usaha mengidentifikasi tugas pokok yang harus dilakukan peserta didik
dalam mencapai hasil belajar dan indikator-indikatornya; sedangkan jenjang
belajar adalah urutan dalam mempelajari tugas-tugas sehingga tercapai
kompetensi dasar dan hasil belajarnya.
Dengan
adanya kedua aspek itu akan mempermudah dalam menentukan strategi penyampaian dan
pengelolaannya, sekaligus mempermudah menggunakan alat atau media yagn dibutuhkan
untuk menunjang keberhasilan dalam pencapaian kompetensi dasar dan hasil
belajar yang efektif, efisien, dan penuh daya tarik.
Analisis
tugas belajar dalam pembelajaran praktek sholat dapat dikelompokan berdasarkan
urutan tugas yaitu tugas pokok, tugas bagian dan unsur-unsur tugas (rinciannya)
yang disusun berdasar pada urutan wantu melaksanakan shalat mulai dari
persiapan (wudlu, tempat dan alat), Pelaksanaan
(dari menghadap kiblat dan takbiratul
ihram sampai tahiyat akhir) sampai penyelesaian yaitu salam.
Selain itu bisa juga belajar bisa berdasar
pada jenis tugas yang sama. Misalnya shalat dibagi menjadi 2 jenis belajar , hafalan
(lafadz doa dan ayat al-Qur’an )dan gerakan ( posisi tubuh serta garakan
waktu shalat).
Disamping
itu tentukan strategi untuk penyampaian yang didalamnya mencakup pendekatan,
metode, dan tekhnik (prosedur). Beberapa pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran
PAI yaitu :[10]
1.
Pendekatan
Pengalaman ( memberikan pengalaman) keagamaan kepada peserta didik dalam rangka
penanaman nilai-nilai keagamaan)
2.
Pendekatan
Pembiasaan ( memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk semantiasa
mengamalkan ajaran agamanya)
3.
Pedekatan
Emisonal ( usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam
meyakini, memahami, dan menghayati ajaran agamanya)
4.
Pendekatan
Rasional (usaha untuk memberikan peranan kepada rasio atau akal dalam memahami
danm menerima kebenaran ajaran agamanya),
5.
Pendekatan
Fungsional ( usaha menyajikan ajaran agama islam dengan menekankan kepada segi
kemanfaatan bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan
tingkatan perkembangannya.
Masing-masing
metode tersebut dapat dilaksanakan melalui beberapa metode yang kemudian
dijabarkan dalam taknik dan prosedur belajar mengajar yakni urutan kegiatan
belajar menagajar sesuai dengan metode dan pendekatan yang digunakan.
Untuk
menentukan strategi pembelajaran tersebut, guru PAI perlu mencermati kaitan
ragam aktivitas belajar peserta didik dengan materi yang hendak disajikan;
Contoh:[11]
Gambar
1
KAITAN
RAGAM AKTIVITAS DENGAN HAKIKAT MATERI
HAKIKAT
MATERI
|
RAGAM
AKTIVITAS
|
|
PENYAJIAN
INFORMASI
|
AKTIVITAS
|
|
Informative
(data, fakta)
|
Naratif
(menceritan suatu kejadian/cerita), deskriptif
|
Diskusi
kelompok, Tanya jawab, (in text Question), baca table, diagram peta, gambar
dll
|
Konseptual (teori,
dalil, prinsip dll)
|
Deduktif atau
induktif
|
Diskusi
kelompok, contoh-contoh menulis, contoh gambar, contoh video, simulasi
|
Prosedural
|
Deskriftif,
eksplanation
|
Latihan,
peragaan, contoh video, simulasi, praktek
|
Keterampilan
|
Deskriftif,
eksplanation
|
Peragaan,
Latihan, contoh video, simulasi, praktek
|
Nilai / sikap
|
Deskriftif,
argumentatif
|
Peragaan,
contoh video, simulasi, praktek
|
Dari contoh diatas tentang masalah shalat
tersebut diatas, agaknya hakikat materinya lebih banyak bersifat prosedural dan
keterampilan, sehingga penyajian informasinya bersifat deskriftif, eksploratif
dan modeling. Sedangkan aktivitas peserta didik dapat dilakukan dengan cara
latihan, peragaan, menunjukan contoh-contoh praktik shalat melalui video etau
melalui simulasi atau praktik.
III.
KESIMPULAN
Pada
hakikatnya teknologi adalah penerapan dari ilmu atau pengetahuan lain yang
terorganisir ke dalam tugas-tugas praktis. Sebagai sebuah proses teknologi
pendidikan bersifat abstrak. Dalam hal ini teknologi pendidikan bisa dipahami
sebagai sesuatu proses yang kompleks,dan terpadu yang melibatkan orang,
prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari
jalan untuk mengatasi permasalahan,melaksanakan, menilai, dan mengelola
pemecahan masalah tersebut yang mencakup semua aspek belajar manusia.
IV.
REFERENSI
Muhaimin. 2005. Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Cetakan I. Jakarta : PT Rajagrafindo
Persada. Hal. 164.
cheppy@upi.edu
http://cepiriyana.blogspot.com/
[1] Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A. 2005.
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Cetakan I. Jakarta : PT
Rajagrafindo Persada. Hal. 164.
[2] Sadiman, 1993
[3] Sadiman, 1984
[4] IDI model, 1989
[5] Artikel Lengkap hub (cheppy@upi.edu)
[6] Disampaikan pada Seminar Multimedia di STSI
Padang dan STSI Bandung
[7] http://cepiriyana.blogspot.com/
[8] Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A. Op. Cit. Hal:
165
[9] Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A. Op. Cit.
Hal: 166
[10] Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A. Op. Cit.
Hal: 167
[11] Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A. Op. Cit.
Hal : 172
0 komentar:
Posting Komentar