Seorang pemuda pecinta alam, berjalan kaki menaiki sebuah gunung. Perjalanan sangat jauh, jalan mendaki gunung sangat sulit ditempuh, dan udaranya juga panas, lagi pula ransel besar yang dia bawa sangat sarat dengan perbekalan untuk kelompoknya yg sedang menunggu di atas. Dari awal perjalanan, dia sudah mengalami kesulitan mendaki, napas tersengal-sengal tak keruan.
Ia berjalan dan sebentar-bentar berhenti, terus memandang jauh ke depan, dengan harapan tempat tujuannya segera tampak di depan mata. Dan tepat di depannya, ia melihat seorang gadis kecil, usianya tidak lebih dari 10 tahun, menggendong seorang anak kecil yang gendut, juga sedang bergerak perlahan ke depan, mungkin penduduk desa sekitar situ. Napasnya terengah-engah, dan terus mengeluarkan keringat, namun sepasang tangannya tetap memegang erat bocah di punggungnya.
Pemuda itu memperhatikan anak itu terus, sampai saat melewati samping gadis kecil itu, dan dengan sangat simpati berkata pada gadis kecil:
"Dek, kamu pasti sangat lelah, demikian beratnya kamu menggendong!"
Mendengar ucapan itu, dengan rasa tidak senang si gadis tersenyum getir: "yang saya gendong bukan sebuah beban, dia adalah adikku. Justru Kakak yang sedang membawa beban."
Pemuda itu tertegun. Memang benar, kalau dari berat beban, baik itu bekal yang dibawa nya itu maupun adik yang digendong adalah beban, tidak ada bedanya sama sekali, namun secara naluri, sedikit pun tidak salah dengan apa yang dikatakan oleh gadis kecil itu, yang ia gendong adalah sang adik, bukan sebuah beban, dan yang berat itu barulah merupakan sebuah beban.
Cinta seorang gadis kecil terhadap adiknya adalah berasal dari lubuk hatinya yang paling dalam. Cinta kasih tiada beban, dan cinta itu bukan beban, melainkan suatu perhatian yang menggembirakan dengan pengorbanan tanpa pamrih dan penuh perasaan.
Setelah berdiam beberapa saat, pemuda itu tersenyum dan bergumam, "yang saya bawa bukanlah beban".
Sambil membayangkan teman-temannya yang sedang menunggunya, dia melangkah lebih semangat, seakan-akan ada tenaga baru yang mendorongnya.
0 komentar:
Posting Komentar