Judul Buku : Prinsip - Prinsip Pendidikan Rasulullah
Penulis : Prof. DR. M. Alawi. Al-Malik
Cetakan : Pertama ,
Tempat/tanggal : Jakarta, Dzulhijjah 1422 / Febuary 2002 M
Penerbit : Gema Insani Press
LATAR BELAKANG
Era globalisasi seakan tidak bisa dibendung lajunya memasuki setiap sudut negara dan menjadi sebuah keniscayaan. Era ini menghendaki setiap negara beserta individunya harus mampu bersaing satu sama lain baik antar negara maupun antar individu. Persaingan yang menjadi esensi dari globalisasi tak jarang memiliki pengaruh dan dampak yang negatif pula jika dicermati dengan seksama. Pengaruh yang ada dari globalisasi pada aspek kehidupan meskipun awal tujuannya diarahkan pada bidang ekonomi dan perdagangan serta memberikan dampak multidimensi. Globalisasi memang menjadi lokomotif perubahan tata dunia yang tentu saja akan menarik gerbong-gerbongnya yang berisi budaya, pemikiran maupun materi.
Bidang pendidikan pun juga tidak luput dari efek yang ditimbulkan dari globalisasi. Isu yang digulirkan untuk pendidikan adalah kompetensi bagi setiap individu yang terlibat dalam proses pendidikan maupun keunggulan kompetitif yang harus dimiliki oleh institusi pendidikan. Jika dilihat sekilas, muatan nilai yang terdapat dalam agenda globalisasi nampak universal dan tidak memiliki dampak negatif. Namun jika ditelaah standard kompetensi dan keunggulan kompetitif yang seperti apa inilah yang perlu dicermati dengan seksama.
Faktanya, standard tersebut tampak di permukaan ditentukan oleh dunia internasional melalui lembaga internasional semacam UNESCO atau yang sejenis dan menjadi sebuah kesepakatan dunia, akan tetapi ada sisi gelap yang belum terkuak yaitu pihak perumus standard tersebut adalah negara Eropa dan Amerika. Bagi kalangan masyarakat awam, kedua kawasan (Eropa dan Amerika) tersebut masih relevan menjadi kiblat peradaban modern dan mapan. Dikatakan demikian karena penampakan yang ada dan diopinikan dengan sistematis bahwa Amerika dan Eropa telah berhasil menjadi negara yang unggul dibandingkan negara lainnya dan menampakkan gambaran kesejahteran dan kemakmuran yang dirasakan oleh setiap orang yang berada di kawasan tersebut.
Pandangan akan kemilau keberhasilan Amerika dan Eropa membangun peradaban modernnya yang didalamnya juga terdapat pola pendidikan diasumsikan terbaik tidak hanya bagi masyarakat awam. Negara-negara di dunia ketiga yang notabene banyak diantaranya adalah negeri-negeri muslim silau dengan keberhasilan pendidikan di kedua kawasan tersebut dan menjadikannya benchmark / patokan untuk pengembangan pendidikan di negaranya masing-masing.
Perlu diketahui bersama, sisi gelap dalam pola pendidikan yang dirumuskan oleh Amerika dan Eropa yaitu tidak adanya muatan nilai ruhiyah, dan lebih mengedepankan logika materialisme serta memisahkan antara agama dengan kehidupan yang dalam hal ini sering disebut paham Sekulerisme. Implikasi yang bisa dirasakan namun jarang disadari adalah adanya degradasi moral yang dialami oleh anak bangsa. Banyak kasus buruk dunia pendidikan yang mencuat di permukaan dimuat oleh beberapa media massa cukup meresahkan semua pihak yang peduli terhadap masa depan pendidikan bangsa yang lebih baik.
Ambillah contoh, baru-baru ini seluruh pelajar SMA di Indonesia melangsungkan Ujian Akhir Nasional. Standard kelulusan yang ditetapkan Mendiknas tiap tahunnya dinaikkan mulai dari 3,00 pada tahun 2003 hingga 5,25 pada 2008 ini. Penetapan standard ini sebagai implementasi penyetaraan kompetensi pelajar Indonesia dengan pelajar Internasional. Tapi di tataran praktik, banyak terjadi fenomena paradoks dan fakta yang ironis. Seperti anak yang dikenal pintar ternyata tidak lulus UAN dengan berbagai alasan, belum lagi variasi kecurangan selama UAN berlangsung yang ternyata tidak dominasi pelajar tapi juga sampai pada jajaran guru dan sekolah untuk mengelabui dan mengejar standard kelulusan.(JawaPos, 23/04/2008)
Juga, Indonesia diketahui sebagai negara pada urutan ketujuh dunia sebagai negara pengakses situs-situs porno. Lebih jauh lagi, dibahas didalamnya ternyata sebagai pengakses situs porno dari Indonesia dari kalangan pelajar. Prosentase terbesar diduduki oleh pelajar SMA sejumlah 38% diikuti oleh mahasiswa sebesar 33,6% dan ternyata dari kalangan siswa SMP juga menjadi pengakses situs porno17,3% sisanya sebesar 11% ditempati oleh masyarakat non pelajar. (Times, 14/12/2006)
Kasus parah lainnya yang tampak sebagai indicator degradasi moral dalam pandangan umum adalah tawuran yang sering dilakukan di kalangan pelajar ternyata juga merambah di kalangan mahasiswa. Padahal jika memandang secara idealnya, seharusnya semakin tinggi jenjang pendidikan yang dilalui oleh anak didik semestinya yang bersangkutan mengedepankan etika dan logika-rasional akademisi. Maksudnya mahasiswa sebagai insan pendidikan yang menjalani jenjang tertinggi tidak seharusnya terbawa emosi sehingga berujung pada tawuran. Peristiwa yang sering terjadi di kota Jakarta, maupun Makassar, Medan, Palu itu yang tampak, mungkin akan banyak lagi yang belum terjangkau liputan media massa sehingga tidak tampak di permukaan.
Beberapa contoh kasus diatas merupakan efek negatif dari pola pendidikan yang diadopsi Indonesia dari negara acuannya yaitu Eropa dan Amerika. Dikatakan berefek negatif karena ditinjau secara kebijakan makro, pendidikan Barat tidak lepas dari kerangka berpikir pada ideologi kapitalisme. Padahal sudah banyak dikupas habis banyaknya kelemahan dan keburukan pada ideology kapitalisme sebagai buah tangan manusia. Sedangkan jika ditinjau secara mikro, permasalahan tidak adanya link and match antara materi yang didapatkan di bangku sekolah dengan realitas yang ada di lapangan. Sehingga anak didik sering mengalami kebingungan sesuai menyelesaikan masa studi dan mulai memasuki masyarakat. Lulusan institusi pendidikan belum sempat menentukan langkah sudah tenggelam dengan hiruk pikuknya tata kehidupan materialistic.
Selain itu, esensi materi pendidikan yang distandardisasi (baca : ditiru) dari Barat bermuatan budaya dan pemikiran yang tidak sesuai dengan syari’at Islam. Indikasi yang bisa dijumpai, masih diajarkannya teori evolusi Darwin tanpa diimbangi dengan pemahaman Islam terhadapnya. Hukum kekekalan massa pada fisika yang juga semestinya dinilai secara kritis dalam pandangan Islam oleh gurunya. Belum lagi pelajaran yang berkaitan dengan sosial-ekonomi yang bisa dikatakan sekitar 85% tidak sesuai dengan Syari’at Islam. Ditambah lagi mata pelajaran agama yang diajarkan di sekolah maupun pendidikan tinggi cuma +2 jam dalam seminggu. Itupun materi ajarnya ‘menjenuhkan’ artinya dari mulai Sekolah Dasar hingga Pendidikan Tinggi pembahasannya berputar permasalahan ibadah mahdloh. Sedangkan permasalahan interaksi manusia (muamalat) hampir tidak ada sama sekali.
Derasnya serangan tsaqofah Barat seperti sikap hedonistic dengan implikasinya berupa gaya hidup hura-hura, konsumeristik, rakus, boros, cinta mode, pergaulan bebas, individualistic, kebebasan yang salah arah dan lepas kendali serta tampilan pada anak didik sebagai generasi permisif dan anarkis yang telah disebutkan diatas secara eksplisit wujudnya. Serangan tersebut berakibat pada pengaruh dan peran pendidik umat (guru) menurun drastic sehingga pendidik umat secara perlahan-lahan kehilangan kewibawaan dan keteladanan di tengah-tengah anak didik.
Akhirnya kita dihadapkan pada perkara inti yaitu bagaimana gambaran prinsip-prinsip pola pendidikan Islam di masa rosulullah ? Pertanyaan ini akan mudah untuk dijawab jika kita memiliki pedoman yang jelas dan kembali pada Al-Qur’an dan Sunnah serta ber-azzam (bertekad kuat) untuk menggali dan mengeksplorasi khazanah Islam sebagai fundamendal pendidikan generasi muda yang handal. Karena sungguh didalam Al-Qur’an Sunnah telah dijelaskan dengan mendalam segala aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan. Maka dari itu penulis mencoba akan menguraikan pada penjelasan berikut ini.
Tujuan penelitian buku ini
1. Tujuan umum
Untuk memberikan pandangan pada para pembaca tentang prinsip pola pendidikan dimasa rosulullah dan metode yang diterapkan Rosul sehingga para sahabatnya sangat semangat didalam menuntut ilmu dan memiliki akhlaq yang mulia serta menjadi pemimpin – pemimpin besar dan berhasil.
2. Tujuan khusus
Sebagai panduan buku praktis dalam membina diri, keluarga, karib kerabat, dan masyarakat kita. Terutama di dalam mengajar si terdidik agar menjadi manusia yang berahklaq.
Sistematika penulisan buku
System dalam penulisan buku terdiri dari pengantar , mukadimah, gambaran umum tradisi keilmuan pada masa nabi SAW, jadwal belajar, kuttab, dan pendidikan Al-Qur’an, serta tradisi dan sejarah, metode pendidikan nabi SAW, Ekselensi pendidikan Islam.
Gambaran kondisi pelajar tata cara belajar dan metode bergaul terdiri dari semangat mengejar ilmu, tingkatan sahabat dalam intensitas keilmuan
Jadwal belajar, kuttab, dan pendidikan alqur’an, serta tradisi dan sejarah terdiri dari menyelenggarkan jadwal belajar, perhatian nabi terhadap pendidikan Al-Qur’an, kuttab dan metode umum pendidikan Al-Qur’an, tradisi tulis – menulis, tradisi tafsir Al Qur’an, tradisi sejarah dan cerita.
Metode pendidikan nabi SAW terdiri dari metode bil hikmah, mauizhah hasanah, metode memotivasi bertanya, metode tes dan melempar pertanyaan, metode penyegaran, metode mengenali kapasitas dan dialek audiens, metode mengalih realitas indrawi kepada realitas kejiwaan, metode peragaan, metode ungkapan dengan bahasa kiasan, metode gradual, metode mengapresiasi pertayaan, metode mendekatkan realitas abstrak dalam bentuk konkret, metode memperkuat pendapat dengan argument, metode mengarah kepada pemikiran yang bernilai tinggi, metode kisah dan cerita, metode pendekatan perumpamaan.
Ekselensi pendidikan Islam terdiri dari transparansi dalam ucapan dan perbuatan, semangat dan mobilitas mencari ilmu.
Metodologi penulisan buku
Didalam penulisan buku – buku prinsip – prinsip pendidikan Rosulullah ini, mengunakan data riset yang telah ada sebelumnya dan selain itu, buku ini merupakan kumpulan rangkuman pembahasan yang panjang karena didalamnya, penyusun menjelaskan gambaran umum kondisi belajar rosul dan berbicara kisah pembesar Yaman yang membuat parit besar, kisah tiga orang yang terjebak didalam goa dan lain sebagainya. Penyusun juga membicarakan konsistensi pendidikan islam, juga tentang Transparasi ( inklusivitas ) dalam ucapan dan perbuatan. Transparansi yang tidak menjadikan keluar dari koridor tata krama, serta membicarakan bagaimana mengenali kedudukan dan kapasitas orang yang diajak bicara.
Rangkuman
1. Gambaran Umum Tradisi Keilmuan Pada Masa Nabi Saw
Pada masa Rosulullah, masjid memiliki peran yang sangat penting. Baik untuk ibadah maupun untuk pendidikan. Masjid juga digunakan sebagai tempat penyelenggara majelis keilmuan. Baik ilmu Aqidah, Fiqih, Dakwah, dan lain sebagainya. Maka dari itu Kedudukan masjid adalah sebagai madrasah. Adapun cara mengajar beliau kepada para sahabatnya dengan membentuk sebuah halaqoh yang mana ketika duduk, beliau dikelilingi para sahabat dari segala sisi, dikitari dalam bentuk bundaran ( halaqoh ) laksana bintang – bintang mengelilingi bulan sabit di malam purnama. berkumpulnya para sahabat dengan membentuk lingkaran terhadap beliau yang akan mengajarinya adalah indikasi rasa suka, kesempurnaan rasa rindu dan besarnya semangat terhadap apa yang disampaikan oleh beliau, disamping indikasi konsentrasi, keseriusan, dan kesempurnaan memuliakan. Halaqoh yang dilakukan para sahabat tersebut juga terjadi di generasi salaf, Jabir Bin Abdullah misalnya, mempunyai halaqoh di masjid nabawi, disitu ditransferkan ilmunya. Dan tidaklah halaqoh-halaqoh ini terfokus pada fungsi mempelajari ilmu belaka, melainkan berfungsi pula menjadi forum zikir kepada Allah SWT. Bertahlil, bertakbir, bertasbih, beristigfar, satu halaqoh membaca Al-Qur,an dan halaqoh yang lain mengkaji ilmu.
Dimasa rasul, wanita juga disediakan jadwal hari-hari tertentu didalam hadist disebutkan bahwa kaum wanita mengadu kepada Rosulullah SAW, kami kalah dengan kaum laki-laki. Maka hendaklah tuan menyediakan jadwal khusus bagi kami untuk belajar.” Beliau menetapkan hari secara terjadwal waktu beliau berkumpul bersama mereka, memberi nasehat dan memotivasi beramal kebaikan (HR Bukhari)
2. Gambaran Kondisi Pelajar Tata Cara Belajar Dan Metode Bergaul
a. Semangat mengejar ilmu
Rosulullah bersabda “semoga Allah menjadikan muka berseri – seri kepada orang yang mendengar ucapan dariku. Dia menghafalnya dan memahaminya lalu menyampaikan sebagaimana dia mendengar. Betapa banyak orang yang disampaikan kepadanya ( orang ketiga ) lebih paham dari pada orang yang mendengar ( orang kedua)”( HR Tirmidzi Dan Abu Dawud )
Semangat mengejar ilmu telah tertanam dalam diri para sahabat Rosulullah itu terbukti dari semangat mereka mengejar kebaikan, bersungguh-sungguh di dalam menerima ilmu, sekaligus mengamalkan, mensyi’arkan dan menyebarkannya. meskipun usia mereka senja, sebagaimana yang diungkapkan Bukhari pada bab gibthoh ( iri hati yang positif ) terhadap ilmu dan hikmah.
b. Tingkatan sahabat dalam intensitas keilmuan
Intensitas para sahabat terhadap ilmu sangat besar seperti didalam menyelesaikan permasalahan. Para sahabat rela menempuh perjalanan jauh berhari-hari hanya untuk mencari jawaban permasalahan tersebut. Para sahabat juga senantiasa memberikan perhatian penuh terhadap ilmu, hafalan, dan pengulangan pelajaran yang disampaikan kepada mereka. Dan para sahabat juga memberikan perhatian terhadap pendidikan kalangan wanita, golongan budak perempuan, dan tetangga-tetangga mereka. Mereka berkonsentrasi kepada ilmu seluruhnya, baik yang berstatus pelajar dan pelajar diantara mereka berstatus pedagang. mereka serius didalam menghafal dan mengkaji apa yang didengar dari nabi saw bila mendengar ilmu yang belum dipahami, mereka minta diulang sehingga mereka benar-benar memahaminya. Anas Bin Malik berkata, “ sesungguhnya fulan mengulang pelajaran, kemudian disusul fulan yang lain, maka kami berdiri seakan-akan pelajaran sepertinya ditanamkan pada lubuk hati kami” (HR Bukhari)
3. Jadwal Belajar, Kuttab, Dan Pendidikan Al-Qur’an Serta Tradisi
a. Menyelenggara Jadwal Belajar
Nabi saw menetapkan jadwal hari – hari tertentu untuk belajar dan memberikan peringatan dalam hal ini Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud:
” Nabi membuat sela-sela dalam ceramah pada hari-hari tertentu demi menghindari kebosanan.” Pelajaran yang dapat diambil dari hadits tersebut adalah anjuran meninggakan rutinitas beraktivitas secara sungguh-sungguh, demi menghindari bosan walupun rutinitas itu ditekankan.
b. Perhatian Nabi Terhadap Pendidikan Alqur’an
Nabi memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan Al-Qur’an, khususnya untuk kalangan anak-anak. Hal iu bertujuan untuk mengarahkan mereka berkeyakinan bahwa sesungguhnya Allah SWT itu tuhanya dan ini Al-Qur’an kalamnya. Juga bertujuan agar ruh Al-Qur’an senantiasa tertanam pada jiwa mereka. Ibnu khaldun berkata didalam kitab mukaddimah tentang keutamaan pendidikan Al-Qur’an,” Pendidikan Al-Qur’an terhadap anak-anak adalah bagian dari syiar agama yang dipegang oleh ahli agama dan dilaksanakan diseluruh perkampungan mereka, hal itu karena pendidikan Al-Qur’an, melalui ayat-ayatnya, mampu dengan cepat mengokohkan keimanan dan keyakinan dalam hati. Rosulullah bersabda “ sebaik—baik kamu adalah orang yang mempelajari al-qur’an dan mengajarkannya.
( HR Bukhari )
c. Kutab Dan Metode Umum Pendidikan Alqur’an
Kuttab atau maktab adalah tempat khusus untuk qiro’ah Al-Qur’an bagi kalangan anak-anak. Keberadaan kuttab-kuttab ini ditunjukan didalam Shahih Bukhari bab dam (denda), bahwa Ummu Salamah mengirim utusan kepada pengajar Al-Qur’an, untuk menyampaikan pesan.,” kirimkanlah untukku anak-anak kecil “ adapun jadwal qira’ah ketika itu pada hari rabu, kamis dan jum’at.
d. Tradisi Tulis – Menulis
Pada masa kenabian, disiplin ilmu tulis-menulis diberikan perhatian yang besar. Abdulllah Bin Said Bin Ash, misalnya mendidik orang banyak menulis dimadinah atas perintah rosulullah. Begitu juga pada para tawanan yang ingin mendapatkan kebebasan diwajibkan membayar tebusan berupa harta benda. Kalau tidak mampu mereka diwajibkan mengajar tulis-menulis kepada anak-anak Madinah.
e. Tradisi Tafsir Al-Qur’an
Pelajaran yang diiperhatikan secara serius di halaqoh pada masa kenabian diantaranya termasuk tradisi tafsir kitab Allah yang agung. Nabi saw sendiri tampak menafsirkan sebagian ayat – ayat Al-Qur’anul Karim kepada sahabatnya. Beliau bersabda kepada mereka,” suatu kelompok masyarakat tidak berkumpul di masjid mempelajari kitab allah dan bertadarus diantar merka kecuali turun kepada mereka ketenangan, mereka diliputi rahmat, dikerumuni malaikat dan Allah membanggakan mereka kepada mahkluq hidup di sisinya ( HR Muslim dalam shahihnya ).
f. Tradisi Sejarah Dan Cerita
Nabi saw memperhatikan peristiwa – peristiwa sejarah dan kisah-kisah umat yang dahulu kala. Beliau meluangkan waktu khusus menuturkannya kepada para sahabat. Hal itu sejalan dengan perintah Allah swt dalam firmannya:
“ ……dan ingatkanlah mereka akan hari-hari allah …” ( Ibrahim : 5(
Artinya ingatkanlah mereka akan peristiwa – peristiwa penting yang telah terjadi, seperti turunya azab dan siksa Allah yang menimpa umat – umat dahulu. Itu agar kami dapat menarik penjelasan dan denganya kamu menyusuri jalan lurus yang tidak menyimpang dari tutunan. Hal itu karena dalam disiplin ilmu sejarah dibahas sendi-sendi umat terdahulu, beserta catatan profil-profil lengkap dengan berita, keilmuan, jejak langkah tradisi, keruntuhan dan kebangkitannya.
4. Metode pendidikan nabi SAW
Adapun metode - metode yang diajarkan oleh rosulullah kepada para sahabat antara lain :
a. Metode Bil Hikmah, Mauizhah Hasanah,
b. Metode Memotivasi Bertanya,
c. Metode Tes Dan Melempar Pertanyaan,
d. Metode Penyegaran,
e. Metode Mengenali Kapasitas Dan Dialek Audiens,
f. Metode Mengalih Realitas Indrawi Kepada Realitas Kejiwaan,
g. Metode Peragaan,
h. Metode Ungkapan Dengan Bahasa Kiasan,
i. Metode Gradual,
j. Metode Mengapresiasi Pertayaan,
k. Metode Mendekatkan Realitas Abstrak Dalam Bentuk Konkret,
l. Metode Memperkuat Pendapat Dengan Argument,
m. Metode Mengarah Kekpada Pemikiran Yang Bernilai Tinggi,
n. Metode Kisah Dan Cerita,
o. Metode Pendekatan Perumpamaan
5. Ekselensi Pendidikan Islam
a. Transparansi Dalam Ucapan Dan Perbuatan
Ekselensi ( keistimewaan ) pendidikan islam diantaranya addalah transpalasi (keterbukaan, keterusterangan) dalam ucapan dan perbuatan, tidak ruwet, berbelok-belok, bermuka ganda, menjilat, dan menipu, tapi justru bening dan jelas dalam ucapan dan perbuatan. Diatas prinsip tersebut, nabi saw mendidik dan membiasakan para sahabatnya, walaupun begitu, tranparansi ini tidaklah dari mengenali kedudukan audiens. Bukti nyata akan kebenaran kaidah transparansi. Ucapan Bilal kepada Rosulullah saw, ketika dia sendiri tertidur saat diperintahkan beliau untuk mengawasi dan menjaga malam sehingga beliau dan para sahabat seluruhnya terlambat menunaikan shalat subuh dari waktunya. Dengan tata krama Bilal berkata secara transaparan, “ menimpa diriku apa yang menimpa diri engkau, beliau lalu bersabda kamu tuntun binatang-bianatangmu, beliau menderumkan unta, berwudhu, iqamah dan shalat dengan tenang sebagaimana shalat beliau pada waktu yang biasa. Kemudian bersabda :”dirikanlah sahlat untuk mengingatku (allah)” (HR Bukhari Dan Muslim)
b. Semangat Dan Mobilitas Mencari Ilmu
Ekselensi pendidikan islam adalah kesemangatan dan mobilitas yang luar biasa dari kaloangan anak-anak, orang – orang tua, laki-laki dan perempuan di dalam nemerima ilmu. Mereka melakukan kajian, mengulang-ngulang pelajaran, dan bertanya kerika apa yang diketahuinya.
Penilaian Terhadap Buku
Buku ini mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain:
a. Kelebihan
1. Buku ini bahasanya mudah dicerna bagi para pembaca
2. Buku ini menjelaskan dengan lengkap tentang metode – metode yang diajarkan rosulullah serta keadaan pendidikan dimasa beliau.
3. Buku ini dilengkapai dengan dalil – dalil Hadist dan Al- Alqu’an
4. Bentuk bukunya sedang, tidak besar dan kecil mudah dibawa keman—mana. Baik dikantongi maupun di pegang.
b. Kekurangan
1. Sistematika penulisannya tidak berdasarkan kaidah yang telah ada. Contoh dalam penulisan isi buku.
2. Penjelasannya setiap judul terlalu singkat seperti pada judul tradisi tafsir Al Qur’an, Tradisi Sejarah dan Cerita, Tradisi Tulis - Menulis.
3. Hadist yang digunakan masih menggunakan hadist yang yang tidsak mashur dikalangan ulama seperti HR ad-Dailami, HR Ibnu Abdul Barr, HR Ibnun Najjar, HR Ibnu Saad, HR Abu Ya’la.
4. Cover buku ini kurang menarik baik dari segi warna maupun gambarnya.
5. Dalam buku ini tidak dicantumkan profil penulis.
Penutup
Pembangunan dan pembentukan generasi islam berkualitas sebagaimana para sahabat, tabi’in, tabi’in-tabi’at dan ulama-ulama kenamaan merupakan bukti keberhasilan pola pendidikan islami. Generasi islam dinilai berkualitas apabila terbentuk pola pikir dan pola jiwa berlandaskan pada aqidah Islam yang kuat sehingga mampu mengintegrasikan keimanan dan kompetensi pada diri anak didik. Pola pendidikan islami sudah ada semenjak Rasulullah SAW hidup dan beliaulah yang meletakkan pondasinya dengan banyak keteladanan yang bisa diambil. Dengan dihasilkannya generasi islami juga akan didapati peradaban mulia seperti yang sudah tercatat dalam sejarah dunia tentang kegemilangan peradaban islam mengubah dunia dari kegelapan menuju pencerahan hakiki. Pendidikan islami mampu membuktikan janji Allah SWT dengan munculnya umat terbaik sesuai dengan ayat al-Qur’an :
“ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
(QS. Al-Imron 110 )
“خير كم قرني ثمّالذين يلونهم ثمّ الذين يلونهم ثمّ الذين يلونهم“
Sesungguhnya yang terbaik dari kalangan kamu ialah sezaman denganku, kemudian orang yang hidup selepas zaman aku, setelah itu orang yang hidup selepas mereka”. (HR. Al-Bukhori).
0 komentar:
Posting Komentar